{13}

6.8K 439 50
                                    

Adine POV

Besok adalah hari yang kutunggu-tunggu, hari pernikahanku dengan James. Dan aku bahagia karena Sam bersedia membantu persiapan pernikahanku sejak 3 hari yang lalu. Ya harus aku akui meminta izin pada Eric untuk melepaskan Sam lebih susah dari membebaskan diri dari kejaran Agen CIA. Terlalu banyak alasan yang diberikan Eric untuk menolak permohonanku. Dan alhasil disini lah mereka berdua, di rumah keluargaku di Paris.

Hari ini suasana rumah sangat gaduh, tahu sendiri kan Daddy itu orang yang perfeksionis. "Omejeh, bagaimana bisa Ayah bertahan dengan Daddy yang sangat menuntut semua jadi sempurna itu" batinku dalam hati.

"Adineeeee..... Bangun anak malas. Ini sudah jam 10 pagi. Apa kau tak ingin melihat hasil dekorasi Maria untuk pesta kebunmu?" teriak Daddy saat membuka pintu kamarku. "Daddy... jangan asal buka pintu kamar orang" protesku seperti biasa. Aku takut orang lain melihat aku hanya mengenakan pakaian minim nan sexy saat aku tidur. Aku menarik selimutku rapat-rapat dan memberikan tatapan tajam pada Daddy.

"Oh ayolah sweety, hentikan tingkahmu yang kekanakan seperti ABG itu" dengus Daddy sebal. "Daddy tunggu setengah jam lagi di meja makan. Sam dan Eric bahkan lebih rajin dari dirimu" lanjutnya. "Whatever..." sanggahku. Sedetik kemudian pintu kamarku tertutup kembali dan dengan cekatan aku berlari mengunci pintu itu agar Daddy atau Ayah tak bisa membuka pintu itu sembarangan saat aku sedang mengganti pakaianku.

Setengah jam kemudian, aku sudah rapih sesuai permintaan Daddy dan aku telah bergabung bersama yang lain di meja makan.

"Ehem, mentang-mentang besok sudah tak melajang lagi jadi hari ini Mbak puas-puaskan bangun siang ya" ejek Sam dengan kerlingan mata jahilnya. Aku hanya melengos tak peduli. Eric dan Sam tertawa terbahak-bahak.

"Hentikan ejekan kalian" protesku. "Oh rupanya ada yang sedang sensitif. Kau tidak sedang PMS kan? Kasihan James kalau itu terjadi, nanti dia tak bisa menikmati malam pertamanya dan dia harus rela menunggu bulan meninggalkanmu dulu" sahut Eric dengan terkikik.

Aku mendelik kesal dan Sam buru-buru memberi tanda supaya Eric menghentikan ejekannya. "Eeerrrhhhmmm..." deham Papa. "Kalian ini sudah dewasa, jadi hentikan pertengkaran di meja makan ini. Adine segera habiskan makananmu, Eric dan Sam berhenti menggoda putri Ayah yang cantik ini" kata Ayah dengan bijak namun di akhir kalimatnya terkesan menggodaku juga.

"Huft" dengusku seraya mengambil sendok dan mulai menyuapkan makananku.

"Setelah ini kita akan pergi ke rumah James untuk membantu persiapan pernikahan Adine agar nanti sore kita bisa kembali ke rumah lebih cepat. Sore ini kita akan kedatangan tamu spesial" kata Daddy memberi penjelasan.

"Siapa tamu spesialnya? Om Sandy dan Om Jose? Atau Om Ivan dan Tante Alice?" tanyaku penasaran. "Tamu ini bukan untukmu Sayang. Tamu ini adalah tamunya Sam" jawab Daddy sambil mengusap lembut pipiku. Aku mengernyit tak begitu paham.

"Ayah akan datang dengan calon Bunda baruku" sahut Sam mantap dengan raut wajah gembiranya. "Benarkah?" pekikku antusias. Sam mengangguk kegirangan. "Wah keluarga kita akan semakin banyak ya, dan silsilahnya akan semakin membingungkan karena terlalu banyak cabang dan hubungan yang tak kasat mata" komentarku yang memicu tawa semuanya.

"Kau benar Adine. Aku juga semakin bingung dengan banyaknya anggota keluarga kita" sanggah Eric. "Sudah-sudah, tak perlu membahas silsilah keluarga kita, nanti kita jadi semakin bingung" kata Ayah menengahi.

Setelah selesai makan bersama, kamipun pergi ke rumah James untuk melihat dan membantu Maria, anak bungsu keluarga Henderson yang berprofesi sebagai wedding planner sesuai kuliah yang sedang ia geluti.

*******

Damian POV

Sekarang aku masih dalam setengah perjalanan menuju Paris, tempat dimana aku akan bertemu calon saudara baruku, Sandy putra Om Lambang yang sebentar lagi mungkin akan menjadi Papa baruku.

My Beloved Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang