{10}

8.5K 513 30
                                    

Sandy POV

Setelah selesai makan malam bersama, aku dan Sarfarraz masuk ke kamar lebih dulu, sementara anak-anak kami masih asik dengan obrolan mereka.

"Sayang, siapa yang menelponmu tadi? Kenapa kau harus menjauh dari meja makan? Apa ada hal yang sangat rahasia?" tanya Sarfarraz penasaran. Aku hanya tersenyum sebelum memberikan jawabanku. Aku mendekat pada kekasihku itu dan mengecup lembut bibirnya.

"Hei, jawablah pertanyaanku?" protesnya. "Sabarlah Sarfarraz. Aku masih ingin bercinta denganmu Sayang" jawabku. Sarfarraz mengernyitkan keningnya. "Apa aku salah?" tanyaku. "Tidak. Kau tak salah Sayang" jawabnya. Dan sedetik kemudian Sarfarraz mulai menarik tubuhku ke dalam pelukannya.

"Malam ini, kamu mau gaya apa Sayang?" lirih Sarfarraz di telingaku. Aku tertawa kecil dan Sarfarraz menjadi bingung. "Apa pertanyaanku salah?" tanyanya. Aku menggeleng. "Tidak Sayang. Aku hanya ingin dipeluk olehmu" jawabku. "Oh ayolah Sandy. Kau sudah terlanjur membuatku bersemangat" protesnya. Aku hanya tertawa menanggapi protesannya.

"Aku hanya ingin dipeluk olehmu dan aku akan bercerita tentang kabar gembira" kataku. "Baiklah, aku akan mendengarkan ceritamu tapi setelah itu kamu harus bercinta denganku" jawabnya. "Oke, setuju" sahutku. "Lalu apa kabar gembira yang akan kau katakan?" tanyanya.

"Hhhhmmmm jadi begini, tadi Lambang menelpon. Katanya, dia baru bertemu dengan cinta pertamanya lagi dan sepertinya dia sedang dilanda asmara" aku mulai bercerita. "Benarkah?" pekik Sarfarraz dengan mata berbinar bahagia. "Iya Sayang. Lambang sendiri yang bilang seperti itu. Tapi kau jangan bercerita apapun pada siapapun. Ini rahasia. Biar Lambang sendiri yang bercerita pada Sam saat dia pulang kemari" kataku. Dan Sarfarraz mengangguk paham.

"Akan kupastikan rahasia ini aman" katanya seraya menarik lepas bajuku. Sarfarraz mulai menjelajahi setiap jengkal tubuhku dengan bibirnya dan sesekali memainkan lidahnya di sekitar kismisku. Aku hanya menikmati setiap sentuhannya dan meremas pelan rambutnya untuk menyalurkan gairahku padanya.

Kini Sarfarraz membuka celananya dan mengarahkan mulutku ke batang ajaibnya. Kuciumi batang besar itu dan mulai aku cicipi kepala batang itu yang telah mengembang sempurna. Setelah aku berhasil melumasi batang itu, Sarfarraz mulai menarik lepas celanaku dan dia memeluk tubuhku seraya mengarahkan batang itu pada lubang tempatnya akan bersarang.

Dengan satu hentakan lembut, batang itu berhasil masuk dalam sarangnya dengan nyaman. Seperti biasa Sarfarraz bisa dengan cepat memberikan kenikmatan dan mengajakku terbang nemembus nirvana. Sarfarraz mulai mengangkat tubuhku agar aku berada dipangkuannya. Dengan tubuh berkeringat saling berhadapan, kami mulai memagut bibir dengan penuh cinta.

Aku mulai menggoyangkan pinggulku seirama dengan hentakan Sarfarraz. Gesekan licin antara tubuh kami membuat kami cepat mendapatkan kenikmatan. Tubuh kami mulai menegang dan akhirnya kami melepaskan hasrat bersamaan. Tubuh kami mulai lemas dengan nafas terengah-engah. Aku mengatur nafas di atas tubuh Sarfarraz.

"Kita istirahat dulu ya Sayang. Nanti lanjut lagi" lirih Sarfarraz dengan cengiran khas miliknya. Aku hanya bisa menanggapi dengan senyum simpul. Ya belakangan ini kami sering bercinta berulang kali, sepertinya aku dan Sarfarraz sedang mengalami masa puber kedua. Aku kembali mengeratkan pelukanku di tubuh Sarfarraz dan satu kecupan lembut mendarat di keningku.

"Sandy, apa kau cemburu jika Lambang bersama cinta pertamanya?" lirih Sarfarraz disela-sela kegiatan mengatur nafasnya. Aku menggeleng kecil. "Tidak Sayang. Aku sudah punya dirimu. Cintaku sudah menjadi milikmu seutuhnya King of My Heart. Apa kau masih berpikiran kalau aku masih menyimpan cinta untuk Lambang?" jawabku. "Maaf Sayang, kadang aku masih sedikit cemburu dengan keakraban kalian, tapi aku tak sedikitpun membenci Lambang. Aku juga ikut bahagia ketika kau memberikan perhatianmu pada Lambang".

My Beloved Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang