{11}

7.7K 476 46
                                    

Lambang POV

Aku baru saja mendarat di Dublin Airport. Sore ini aku bergegas untuk menemui Sam agar aku bisa memberitahu bahwa aku sedang jatuh cinta.

Pukul 5 sore, aku telah sampai di rumah keluarga Argerich. Aku keluar dari taksi dan berlari kecil menuju pintu utama.

Ding...dong...

Kupencet bel rumah ini beberapa kali hingga akhirnya pintupun terbuka. "Ayah, masuklah" sapa Eric yang ada di hadapanku. "Apa Sam ada di rumah?" tanyaku. Eric menggeleng. "Sam sedang keluar bersama Adine dan James" jawabnya. Aku mengangguk kecil.

"Kenapa kau tak ikut dengan mereka?". "Tidak Yah, aku harus bekerja. Banyak proyek yang harus segera aku tangani". Aku mengangguk paham.

"Lambang, apa itu kau?" sapa Jose yang baru keluar dari kamarnya. "Iya Jose. Aku baru saja sampai" jawabku. "Kalau begitu istirahatlah dulu, Lambang" sahut Sandy yang sekarang sedang memeluk Jose dari belakang. Aku mengangguk kecil dan tersenyum melihat kedua sahabatku itu yang tetap saja romantis dengan hal-hal sederhana.

"Duduklah di meja makan. Aku akan membuatkanmu coklat panas sembari menunggu Sam dan yang lain pulang" kata Sandy yang kini mendorong tubuh Jose menuju arah dapur. Aku dan Eric mengekori keduanya.

Saat aku duduk di meja makan, Jose menatapku dengan sorot mata menggoda seakan dia tau ada hal yang sedang aku sembunyikan.

"Jose, kenapa kau menatapku seperti itu?" sergahku. "Tak ada yang perlu kau tutupi Lambang. Aku sudah tahu semuanya. Sandy sudah menceritakan padaku dan aku turut bahagia dengan keputusanmu itu" jawab Jose. Aku sedikit terperanjat mendengar jawabannya itu.

"Sandy, kenapa kau memberitahu Jose?" protesku. "Maafkan aku Lambang. Sarfarraz selalu bisa mengorek semua rahasiaku dan aku hanya ingin jujur padanya" kilahnya sambil memberikan secangkir coklat panas padaku.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Eric yang sedari tadi tak mengerti apa yang sedang kami bahas. "Nanti kau juga akan tahu sayang" kata Sandy pada Eric. "Oh ayolah, kenapa para orang tua selalu saja bermain rahasia-rahasiaan" dengus Eric mulai sebal. Kami bertiga hanya tertawa.

"Kita tunggu Sam dulu dan Ayah akan menceritakan semuanya" sahutku. "Oh baiklah, terserah Ayah saja" gerutunya. "Oya, Ayah dengar kau sudah melamar Sam ya?" tanyaku membuat topik baru. Senyum simpul mulai tersungging di bibir tipis Eric.

"Apa Ayah merestui kami?" tanyanya. Aku mengangguk mantap. "Ayah merestui kalian nak. Tapi kalau sampai kau menyakiti Sam, awas saja, Ayah akan membawa Sam pergi darimu". "Tidak akan Yah. Eric sangat mencintai Sam. Eric tak mungkin menyakiti Sam" sergah Eric untuk meyakinkanku.

Aku tersenyum tipis. "Ayah percaya padamu, Eric. Ayah tahu kau tak mungkin menyakiti Sam. Pesan Ayah, tolong kau jaga dan temani Sam hingga maut memisahkan kalian". Dan Eric hanya mengacungkan kedua jempolnya.

"Yooossshhh, kalau begitu kita masak makan malam sekarang" sahut Sandy dengan semangat. "Kau akan memasak apa malam ini?" tanya Jose. "Aku ingin makan semur daging" jawab Sandy dengan mantap.

"Apa ada yang bisa kubantu?" sahutku. "Ada. Tolong kau pergi ke kamarmu dan mandilah agar muka kuyumu itu segar kembali" kata Sandy dengan senyuman manis yang menawan. "Ya, aku setuju. Biar kami berdua yang memasak" tambah Jose. "Baiklah. Aku akan menuruti mau kalian" jawabku seraya berdiri dari kursi setelah menghabiskan coklatku.

Seperti biasa, aku tak mungkin bisa membantah kalau Sandy dan Jose sudah angkat bicara. Sepasang kekasih itu memang sangat kompak. Aku mempercepat langkahku agar bisa segera mengguyur air pada tubuhku yang sudah sangat lengket ini.

*******

Eric POV

"Aku salut dengan persahabatan kalian" kataku pada Abi dan Papa saat mereka sedang memasak makan malam. "Ya inilah cinta. Jika kita menggunakannya dalam kebaikan maka ia akan membawa kebahagiaan, Sayang" jawab Papa sambil mengerlingkan mata. Aku hanya mengangguk kecil.

My Beloved Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang