Sam POV
Aku dan Eric sudah berada di Dublin Airport untuk menjemput tamu istimewa, Radith dan Ovan. Pesawat mereka baru saja sampai, jadi aku dan Eric menunggu mereka di ruang tunggu, tempat dimana aku dan Eric pertama kali bertemu dengan suasana paling awkward. "Astaga kenapa aku jadi terbayang saat itu lagi" batinku sambil tersenyum.
"Sam kenapa mukamu bersemu seperti itu?" tanya Eric yang ternyata memerhatikanku sedari tadi.
"Tak apa Sayang".
"Aku tidak percaya. Pasti ada yang sedang kau pikirkan" sanggah Eric.
"Tak ada apa-apa, hanya secuil kenangan di masa lalu" jawabku tenang, tapi malah membuat dahi Eric semakin berkerut penasaran.
"Sam..." selorohnya sambil menatapku penuh selidik.
"Apa?" jawabku dengan wajah tak berdosa.
"Cerita padaku atau aku akan menciummu disini" ancam Eric yang membuat wajahku makin bersemu. Eric memang gila, kekasihku ini memang selalu serius dengan apa yang dia ucapkan dan terkenal nekad.
"Baiklah, aku menyerah. Aku akan cerita padamu asalkan kau tak nekad menciumku di tempat umum" jawabku gugup.
"Ya sebaiknya kau cerita sekarang padaku" sahut Eric dengan senyuman kemenangannya.
Aku sedikit menghela nafasku. "Dasar pemaksa" lirihku.
"Kau bilang apa? Pemaksa?" sahut Eric.
"Damn, kenapa dia masih bisa mendengar lirihanku" batinku. "Tidak, aku tidak bilang apa-apa" kilahku.
"Sam..." katanya seraya melotot padaku. Aku hanya menanggapinya dengan cengiran kuda.
"Aku hanya teringat saat pertama kali kita bertemu di ruang tunggu bandara ini Sayang" jawabku akhirnya.
"Oh iya, aku juga ingat. Waktu itu kau mencium pipiku" tambah Eric.
"Itu tidak sengaja Eric. Tolong kau garis bawahi itu" sergahku.
"Ah, aku tahu kau juga menginginkannya kan" tuduhnya.
"Tidak..." sahutku.
"Benarkah?" godanya. Dan saat itu juga Eric mencium bibirku dengan mesra. Aku tak kuasa menolaknya dan memagutnya dengan lembut. Kami terlalu intens dengan ciuman ini hingga tanpa kami sadari banyak pasang mata tertuju pada kegiatan kami ini.
"Mommy, lihat Om itu, mereka berciuman" teriak seorang anak kecil pada Ibunya.
Eric langsung melepaskan bibirnya dari bibirku. Dan sekarang wajah kami berdua sudah seperti kepiting rebus dengan siraman saus tomat dan berhiaskan strawberry segar. MERAH SEMERAH MERAHNYA MERAH.
Beberapa orang ada yang tak menghiraukan kami, beberapa ada yang mencibir dan beberapa gadis seperti berteriak histeris kegirangan karena menemukan asupan gizi mereka. "Ya Tuhan, kenapa di dunia ini banyak paparazi. Ah bukan paparazi, maksudku Fujoshi" batinku seraya berusaha mengendalikan diriku.
Aku melihat ke arah Eric, tapi kekasihku itu hanya menggaruk-garuk kepalanya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Dasar innocent" lirihku.
"Tapi kau suka kan?" bisiknya di telingaku.
"Kau ini memang nekad Eric" cibirku.
"Karena aku suka tantangan Sam. Bagaimana kalau kita buat tantangan baru?" jawabnya sok ide.
"Tidak tidak. Aku tidak mau" sahutku.
"Oh ayolah Sam" kata Eric memohon padaku dengan tangan yang dia kaitkan di depan dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Little Brother
RomanceSam, seorang pemuda tampan, pengertian dan sabar. Salah satu tipe orang yang sensitif pada janji, dia akan benar-benar marah saat ada orang yang mengabaikan janjinya. Eric, seorang eksekutif muda nan rupawan, dengan banyak kesibukan. Ia memiliki ban...