{18}

5.7K 418 53
                                    

Lambang POV

Sudah seharian Radith belum juga sadar. Seharian pula, aku dan Sam bergantian menjadi Radith. Bu Lastri tak bisa menunggui Radith karena harus mengurus anak-anak Panti. Selang alat bantu pernafasan masih terpasang di hidung Radith, selang infus di tangan kiri dan cardiometer menempel di dadanya.

"Yah...Ayah istirahat dulu aja di apartemen. Biar Sam yang nunggu Adek" kata Sam yang baru saja datang ke kamar Radith. "Gak apa-apa Sam. Ayah masih kuat kok" jawabku. "Gak Yah, Sam gak mau Ayah ikutan sakit karena kecapekan. Nanti Sam sendiri yang kerepotan ngurus kalian berdua" bujuk Sam dengan senyum yang tersungging di bibir tipisnya.

"Iya deh, Ayah balik dulu ya. Nanti kalau ada apa-apa cepat hubungi Ayah. Oya sebentar lagi Bu Lastri akan kesini" kataku seraya bangkit dari dudukku. "Oya Yah. Tadi Sam sudah masakin sayur sama lauknya. Semua sudah siap di meja makan. Ayah makan yang banyak ya" pesan Sam yang tak ingin aku sakit.

"Iya Sayang. Terima kasih ya nak. Ayah beruntung punya kalian berdua" kataku sambil mencium kening Sam. Kemudian aku beranjak ke ranjang Radith dan mencium kening putraku itu. "Adek cepat sembuh ya, Sayang. Ayah pulang dulu, Adek sama Mas dulu ya". Setelah puas mengusap lembut puncak kepala Radith, akupun beranjak pergi untuk kembali ke apartemen.

Saat keluar dari kamar Radith, aku berpapasan dengan pemuda yang sangat tampan. Berperawakan sangat gagah, tinggi menjuntai sekitar 186 cm. Bahu yang tegap dengan dada bidang dan tubuh berbentuk V-shape yang terlihat jelas dari kaos ketat yang dia pakai yang tertutup jaket jeans biru gelap. Wajahnya dihiasi jambang yang tipis tercukur rapi. Mata hijaunya mengingatkanku pada mata milik Jose, dengan hiasan bulu mata yang lentik dan alis tebal. Hidungnya mancung dan proporsional serasi dengan bibir yang tipis berwarna cherry.

"Permisi, apa benar ini kamar tempat Radith dirawat?" tanyanya dengan sopan. Aksen berat pada suaranya menandakan kedewasaan pemuda itu. Suaranya sangat enak didengar. Lembut dan jernih mendamaikan.

"Iya benar. Radith dirawat di kamar ini" jawabku setelah sadar dari lamunanku.

"Apakah anda adalah Ayahnya Radith?" tanya pemuda itu. Aku hanya mengangguk pelan.

"Nak Ovan..." pekik Bu Lastri yang sekarang menghampiri kami. "Oh jadi ini pemuda yang sangat menggandrungi putra bungsuku" lirihku dalam hati.

"Bunda..." sahut pemuda yang kini sudah kukenali sebagai Ovan. Bu Lastri dengan sigapnya memberi pelukan penuh kelegaan pada Ovan. "Syukurlah kamu sudah sampai nak".

Setelah puas dengan pelukannya, Bu Lastri memperkenalkan kami. "Nak Ovan ini Pak Lambang Dewantara, Ayahnya Radith. Nah, Pak Lambang ini...". Belum selesai Bu Lastri berbicara, Ovan telah memotong. "Donovan Alfarose, calon menantu Bapak" katanya seraya mengulurkan tangannya.

Aku masih kaget dengan apa yang dikatakan Ovan, namun sebisa mungkin aku tetap berusaha menjabat tangan kokoh itu. "Nak Ovan, itu tidak sopan" sanggah Bu Lastri. "Ovan tak ingin kehilangan kesempatan ini Bu. Ini saatnya Ovan tunjukkan keseriusan cinta Ovan pada Radith. Ovan tak mau kehilangan Radith lagi" sahut Ovan dengan nada tak ingin diinterupsi namun tetap lembut dan sopan untuk didengar.

"Nak kita bisa membicarakan hal itu nanti, setelah Radith sembuh. Dan saya harap kau tak membuat Radith kaget dengan pernyataan cintamu karena hal itu akan memperburuk keadaan jantungnya. Lakukan sepelan dan sesabar mungkin hingga Radith bisa menerima cintamu. Saya yakin cepat atau lambat Radith akan menerima ketulusan hatimu. Oya silahkan masuk jika kau ingin menjenguk putra bungsuku. Saya pamit pulang dulu" sahutku seraya berpamitan dan pergi meninggalkan Ovan yang kini telah masuk ke dalam kamar bersama Bu Lastri.

Sam POV

Pintu kamar terbuka lagi dan kali ini yang masuk adalah seorang pemuda tampan bersama Bu Lastri. Dengan cekatan pemuda itu menghambur ke ranjang Radith dan memeluk tubuh kembaranku itu dengan sangat erat.

My Beloved Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang