Sam POV
Yogyakarta, 8 pagi. Mobil travel yang kami sewa telah berhenti di depan rumah megah dengan desain minimalis. Rumah dimana tempatku menghabiskan 22 tahunku dan baru kutinggalkan beberapa bulan yang lalu.
"Ibuk..." panggilku dari depan gerbang. Wanita tua yang masih terlihat sehat sedang menyiram bunga itu menatap ke arahku.
"Sam... Apa itu kau?" pekiknya. Aku tersenyum dan mengangguk mantap. Ibuk langsung berjalan menghampiri kami.
"Kenapa kalian tidak memberi kabar dulu?" sergahnya sambil membuka pintu gerbang.
"Surprise..." sahut Ayah dari belakangku. Ibuk langsung menepuk lembut kepala Ayah dan mencium kening kami bergantian seraya memeluk kami berdua penuh kasih sayang.
Pandangan Ibuk beralih pada Radith yang sejak tadi melihat kami berpelukan. Ibuk mendekat pada Radith dan matanya mulai berkaca-kaca. Radith hanya mematung di tempatnya.
"Lambang, mungkinkah?" tanya Ibuk. Ayah hanya mengangguk pelan.
Ibuk langsung memeluk Radith dan menangis tersedu-sedu. Radith balas memeluk Ibuk dengan erat. "Hallo nenek" sapa Radith. "Hallo Sayang. Siapa namamu? Kenapa kau baru muncul setelah 22 tahun nak. Firasat Ibuk selama ini benar" sahut Ibuk.
Radith sedikit mengernyitkan keningnya. "Namaku Radith. Abimana Radithya Dewantara. Maksud Ibuk firasat apa?" jawab Radith.
"Firasat Ibuk bilang kalau Sam punya saudara kembar. Waktu kecil Sam sering sakit tanpa sebab dan itu bisa terjadi jika kembarannya juga sakit. Sekarang Ibuk percaya dengan penjelasan pemuda yang sebulan lalu datang kemari. Ibuk pikir dia hanya bergurau tapi sekarang Ibuk percaya" kata Ibuk sambil mencium kening Radith.
"Hhhmmm,,, sebaiknya kita masuk rumah dulu" sahut Ayah. "Oh iya, Ibuk jadi lupa kan. Ayo masuk dulu, kalian pasti lelah" jawab Ibuk. Tapi mata Ibuk melihat dua pemuda tampan yang sedari tadi mematung menikmati acara termehek-mehek kami.
"Siapa dua pemuda tampan ini? Hhhmmm tunggu dulu biar kutebak. Yang ini pasti Eric" kata Ibuk sambil menunjuk ke arah Eric. Kekasihku itu tersenyum dan memberikan dua jempolnya. "Selamat datang di Yogya, Sayang" sambut Ibuk seraya mencium kening menantunya itu. "Kalau yang ini siapa?" lanjut Ibuk sambil menatap Ovan.
"Aku Ovan. Donovan Alfarose. Menantu keluarga ini" sahut Ovan dengan cengiran menawan miliknya. "CALON..." sanggahku. "Sandy, kau memang kejam" protes Ovan. Kami semua tertawa.
"Ovan, maafkan kakakku ya. Mas Sandy cuma ingin kau sedikit lebih serius" kata Radith menenangkan kekasih bulenya itu. "Iya Sayang, aku paham" jawab Ovan dengan jinaknya.
"Ya sudah mari kita masuk" ajak Ibuk sambil menggamit tangan Ayah.
Kami masuk ke dalam rumah. Mataku masih menerawang melihat tatanan apik yang dilakukan Ibuk pada rumah ini. Ruang tamu terlihat semakin lega karena lemari kaca tempat piala-pialaku telah dipindahkan ke dalam. Dan meja kursinya telah diganti dari sofa empuk menjadi kayu ukiran yang indah yang dilengkapi nakas kecil di setiap sudutnya serta karpet beludru di bagian bawahnya.
"Sepertinya aku tak ingin pulang ke Dublin" lirih Eric di telingaku. Aku menatapnya penuh tanya. "Aku hanya merasakan kenyamanan di rumah ini, Sayang. Aku jadi ingin segera bercinta denganmu" kata Eric seakan tahu isi pikiranku.
"Enak saja. Tidak secepat itu, aku masih lelah Eric" jawabku seraya meninju lengan Eric. Dia hanya terkekeh dan mencium keningku. "Aku hanya bercanda Sam. Tapi rumah ini memang nyaman. Oya nanti kita main ke rumah Om Aryo ya" sahut Eric. Aku merespon permintaannya dengan dua jempolku.
"Oya, di rumah ini hanya ada 1 kamar tamu. Jadi dek Radith tidurnya sama Ayah ya, biar Ovan tidur di kamar tamu" kata Ayah. "Hahaha... Seperti biasa, kau harus bersabar Ovan" goda Eric dengan cengiran kudanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Little Brother
RomanceSam, seorang pemuda tampan, pengertian dan sabar. Salah satu tipe orang yang sensitif pada janji, dia akan benar-benar marah saat ada orang yang mengabaikan janjinya. Eric, seorang eksekutif muda nan rupawan, dengan banyak kesibukan. Ia memiliki ban...