Chapter 23 Silauan Mentari

12 5 10
                                    

Chapter [23] Silauan Mentari

Hallo, selamat malam minggu dan selamat menikmati waktu kalian. Seperti biasa, aku bakalan UPDATE dua part. Senang nggak????
Harus senang dong.

HAPPY READING!!!
🌙🌙🌙

"VINOOO!!!" teriak Maira dari bangun tidurnya, keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuh Maira. Mimpi itu seakan nyata dalam hidupnya, Maira mengusap wajahnya kasar dengan deru napas yang tak beraturan. Bahkan ia pun juga menangis saat ini.

"Ternyata mimpi," gumam Maira menatap ke sekeliling kamar.

"Lo kenapa?" tanya Manda keluar dari balik pintu kamar Maira, gadis itu terlihat begitu panik saat mendengar teriakan dari sang adik yang sampai tembus ke dalam kamarnya.

"Tadi aku mimpi buruk, kak."

"Cuma mimpi 'kan." Manda meraih Maira ke dalam pelukan agar dia merasa tenang.

"Udah, sekarang kamu mandi habis itu siap-siap ke sekolah. Kakak udah siapin sarapan buat kamu," ujar Manda dengan lembut.

"Bunda kemana?"

"Udah ke butik." Manda pun kembali berdiri dan berjalan keluar kamar Maira, meninggalkan gadis itu agar bisa melakukan ritual paginya.

Silauan mentari kali ini terlihat begitu terik, sepertinya cuaca hari ini sangat cerah. Maira menyipitkan matanya saat melihat sebuah jaket yang tergeletak di atas meja belajar.

"Itu punya Vino." Tangan lentik itu meraih jaket tersebut dan melihatnya dengan rapi, setelahnya ia pun memasukan jaket itu ke dalam sebuah paper bag untuk dikembalikan pada Vino.

TING!

Satu pesan masuk dari Vino yang mengatakan kalau dia akan menjemput Maira hari ini. Langsung saja, gadis itu berlari berhamburan masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih.

Sementara itu, di dapur Manda dan Rena masih sibuk menyiapkan sarapan. Jika kalian bertanya kenapa ada Rena, itu karena dia datang ke sini bersama Regan dengan alasan ingin pergi bersama Maira. Karena setelah pulang dari sekolah kemarin, Maira tidak mengirimnya pesan atau bahkan mengirim vidio random yang ada di instagram.

Hal itu membuat Rena merasa khawatir dengan keadaan Maira, biasanya sahabatnya itu akan mengirim pesan cerita tentang dia dengan Julian, sehingga kemarin itu hidup Rena terasa tenang namun hambar.

"Rena, Regan, kalian sejak kapan di sini?" tanya Maira yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.

"Dari tadi, lo kemarin kemana aja sih? Nggak biasanya lo nggak ngasih gue kabar," cecar Rena dengan berkacak pinggang.

"Aduh Ren, aku lupa kemarin, maaf ya," jawab Maira dengan cengiran.

"Lo tau nggak, gue itu khawatir sama lo, mana pesan gue nggak lo balas lagi, telpon gue juga nggak lo angkat."

"Kemarin itu aku anu."

"Anu apa?" potong Rena yang merasa geram dengan sahabatnya itu.

"Aku sama Vino. Jadi, lupa ngabarin kamu sama balas pesan."

"Bener sama Vino? Nggak ada drama nangis kan kemarin?"

MAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang