Chapter [20] Bersama Vino
HAPPY READING!!!
🌙🌙🌙Seharian ini Maira hanya mengurung diri di dalam kelas, ia tak ingin keluar apalagi bertemu dengan Julian. Hatinya belum siap untuk merasakan sakit kembali.
Gadis itu menelungkupkan kepalanya di atas kedua lipatan tangannya, ia memutar lagu yang begitu mewakili isi hatinya saat ini. Bahkan Maira rela menahan rasa lapar agar ia tidak bertemu dengan Julian. Hari ini ia tidak membawa apa-apa ke sekolah, bahkan brownies yang biasa dibawa pun juga tidak lagi mengingat Julian yang sempat melarangnya untuk memberikan kue itu.
Angan-angan Maira tentang kisah cinta yang indah seketika luput begitu saja saat menyaksikan dengan kedua matanya bahwa laki-laki yang ia cintai memeluk gadis lain.
Maira akui gadis kemarin lebih cantik dari pada dirinya, bahkan gadis itu memiliki lesung pipi yang begitu indah saat dia tersenyum. Bukan hanya itu, suara lembut khas milik gadis itu sunggu menenangkan, Maira yang baru mendengarkannya saja sudah merasa nyaman, lalu bagaimana dengan Julian yang tiap hari selalu menikmati suara itu dan namanya pun juga cantik untuk didengar.
Julian, sekarang ini kamu lagi apa? Pasti kamu kesepian karena aku nggak ada di samping kamu. Kamu udah makan apa belum? Aku ingin bertemu kamu Julian, tapi aku juga belum siap untuk hal itu.
Maira mengacak rambutnya frustasi, ia merasa plin plan. Dia sendiri yang membuat keputusan dan dia juga yang merasa menyesal.
"Lo udah kayak orang gila tau nggak." Rena berjalan mendekati bangku Maira dan duduk di samping gadis surai hitam yang kini terikat rapi. Sungguh kali ini Rena merasa sangat geram dengan Maira yang terus-terusan mengingat Julian.
"Ren, kayaknya aku nggak bisa buat jauhin Julian."
"Maira, lo jauhin dia baru tiga jam, masa gitu aja udah nyerah."
"Aku nggak bisa jauhin Julian Rena, aku cinta sama Julian. Sekarang aja aku udah kangen sama dia," ringis Maira terlihat gusar, Rena pun seketika terdiam, ia tidak menyangka kalau Maira akan segila itu dengan Julian.
"Gimana kalau lo jauhin dia selama seminggu dulu, biarin hati lo istirahat Ra."
"Seminggu?"
"Apa itu nggak kelamaan?" lanjut Maira merubah posisi duduknya.
"Seminggu cuma sebentar dan gue yakin lo pasti bisa." Rena mencoba meyakinkan Maira.
Sedangkan di lain tempat, Julian duduk berdiam diri di atas rooftop menikmati angin sepoi-sepoi yang bermain di wajah tampannya.
Ia merasa hari ini begitu tenang karena Maira yang tidak mengganggunya seperti biasa dan yang buat Julian tidak menyangka lagi adalah ketika Maira yang tidak menatap ke arah dirinya saat ia melewati gadis itu, bahkan di saat Julian menatap ke arahnya.
Jujur saja Julian merasa senang karena Maira sudah tidak mengganggu dirinya lagi, tapi entah kenapa rasanya begitu aneh dan sangat mengganjal dihati kecilnya.
Sudah yang keberapa kali ia menoleh kebelakang tepatnya pada pintu rooftop untuk memastikan bahwa dia juga datang ke sini.
••••
"Maira," panggil Vino yang baru saja memasuki kelas Maira. Terlihat gadis mungil itu sedang sibuk mengemasi barangnya yang berserakan di atas meja.
"Kamu kok lama banget," keluh Maira dengan wajah cemberut.
"Maaf Ra, tadi gue ke toilet dulu."
"Kalau gitu ayo pulang, aku udah capek mau tidur."
"Bagus, lo tidur siang dulu nanti sore gue jemput lagi." Keduanya berjalan beriringan keluar dari kelas Maira dan saat ingin menuruni tangga di sana sudah terlihat Julian yang sedang telponan entah dengan siapa, dari raut wajahnya itu sudah terlihat bahwa yang menjadi lawan bicara Julian saat ini pasti orang yang sangat spesial bagi Julian. Sampai-sampai cowok itu tidak menyadari keberadaan Maira dan Vino.
Vino yang merasakan perubahan Astmofer segera membawa Maira untuk menjauh dari Julian.
Bahkan di saat aku menjauhimu, kamu terlihat baik-baik aja tanpa ada rasa kehilangan, batin Maira menundukkan kepalanya.
"Lo mau tau kenapa gue jemput lo sore nanti?" tanya Vino memecahkan keheningan yang terjadi. Maira menggeleng dengan posisi masih sama menundukkan kepala.
Vino menghentikan langkahnya dan begitupun juga dengan Maira, lalu cowok itu menangkup kedua pipi Maira agar menatap dirinya, kedua pasang mata itu menatap dalam ke arah manik hitam milik Maira. Cukup lama mereka berdua saling bertatapan hingga Maira yang mengalihkan kembali perhatiannya.
"Ternyata jelek lo makin bertambah."
"Ihhh, kamu ngeselin banget sih," gerutu Maira memukul lengan Vino.
"Sakit Ra."
"Makanya jangan ngeselin, udah tau aku lagi sedih."
"Mana ada orang sedih mukanya galak gini," cemooh Vino diselingi oleh tawa.
"Kan kamu yang mulai duluan."
"Jadi gue yang salah?"
"Iyalah, pakai nanya lagi."
"Iya gue yang salah, kalau gitu ayo kita pulang nanti tuan putri gue nggak bisa tidur siang lagi." Seakan seperti matra sihir, ucapan Vino sangat mempan dan langsung membuat Maira kembali merekahkan senyumannya.
"Terimakasih pengertiannya kurcaci ku," balas Maira sambil menunduk ala-ala princess.
"Kok kurcaci sih Ra, gue ganteng gini juga."
"Udah ah, ayo pulang," rengek Maira menggandeng lengan kokoh milik Vino. Sudah seperti anak kecil yang meminta mainan pada ibunya. Keduanya pun kembali berlalu menuju parkiran sekolah.
Ternyata sedari tadi Julian memperhatikan mereka, tepatnya pada Maira yang bertingkah manja kepada Vino. Menatap lurus dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Lamunan Julian buyar saat mendengar suara lembut disebrang sana memanggil namanya.
"Kak Julian liatin apa?" tanya gadis cantik itu tersenyum manis.
"Kamu kenapa ke sini?" kaget Julian saat melihat Sonia yang tiba-tiba sudah berada di depannya, padahal sambungan telpon mereka masih tersambung.
"Nia pengen jalan-jalan sama kak Julian."
"Sekarang?"
"Iya kak!" Cowok itu mengangguk dan mengacak gemas rambut gadis itu dan menautkan jemari mereka berdua. Sonia dan Julian memang mereka beda sekolah, itu sebabnya Julian sedikit terkejut saat mendapatkan Sonia yang sudah berada di sekolahnya.
"Ayo naik." Julian mengulurkan tangannya agar Sonia bisa berpegangan untuk menaiki motor kesayangan Julian.
"Udah." Mereka pun berlalu keluar gerbang sekolah dan membelah jalanan yang cukup lumayan padat.
"Kita mau kemana?" tanya Sonia di sela-sela perjalanan mereka.
"Ke mall aja, biar sedikit adam. Nanti agak sorean kita lanjut ke pantai." Sonia yang di belakang terlihat sangat senang dan semakin mempererat pelukannya pada pinggang Julian.
Sedangkan di lain tempat, Vino asyik bermain game di dalam ponselnya, cowok itu tidak berniat untuk pulang ke rumah sakadar mengganti seragam sekolah.
"Lo yakin mau nungguin Maira sampai bangun tidur?" Manda duduk di hadapan Vino sambil membawakan beberapa cemilan dan teh es untuk Vino.
"Yakin kak, lagian di rumah juga gue nggak ada kerjaan mending di sini."
"Semerdeka lo aja deh, gue nggak bisa nemenin lo di sini. Gue masih ada kerjaan di kamar."
"Skripsian kak?"
"Iya." Manda segera berlalu dari hadapan Vino, meninggalkan cowok jakung itu sendirian di ruang tamu. Sedangkan Maira sudah berselancar di alam mimpinya.
Bersambung......
Terimakasih buat teman-teman yang udah baca 🤍
See you 👋

KAMU SEDANG MEMBACA
MAIRA
Teen FictionMaira Alkaura, gadis remaja yang begitu optimis mengejar cinta dari seorang Julian Mahendra. Namun, Maira keakan tuli dengan perasaan Marvino Gentara untuk dirinya, yang merupakan teman lelakai Maira yang begitu dekat dengannya. Akankah Maira berha...