Chapter [11] Tawaran
HAPPY READING!!!
🌙🌙🌙Julian berdiri di ambang pintu rumahnya, cowok itu sepertinya sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Namun, ia masih berdiam diri entah apa yang dipikirkannya.
Udara semakin dingin saat angin kembali berembus. Pandangannya beralih ke arah gantungan kecil bergambar bungan Matahari yang ada di tangannya. Seketika ingatannya bersama gadis itu kembali terlintas dalam sebuah memori kecil.Flashback on
"Aku punya dua gantungan matahari, sebagai simbol perpisahan kita aku kasih buat kamu satu." Gadis itu memberikan satu gantungan kepada Julian.
Laki-laki kecil itu pun mengambilnya dengan tatapan sedih. Ini adalah pertemuan terakhirnya dengan gadisnya. Di karenakan gadis itu akan pergi ke kota lain.
"Apa kamu harus pergi meninggalkan aku?" tanya Julian kecil yang berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"Iya, kata bunda aku pergi cuma sebentar, nanti kalau urusannya udah selesai aku janji bakalan balik lagi ke sini."
"Kamu janji?"
"Iya aku janji." Kedua anak kecil itu saling menautkan jarinya.
Flashback off
"Nyatanya, lo bohongin gue," gumam Julian menggenggam erat gantungan tersebut.
"Gue nunggu lo bertahun-tahun, tapi sampai sekarang lo belum kembali."
"Apa lo bahagia di sana? Gue rindu."
Bi Ria, pembantu di rumah itu keluar dari balik pintu saat mendengar suara Julian yang masih berdiri di depan rumah. Ia pun berjalan menghampiri Julian.
"Aden Julian belum pergi?" Julian langsung membalikkan badan.
"Ini mau pergi."
"Tadi Aden ngomong sama siapa?"
"Telpon, Bi." Bohong Julian segera menaiki motornya.
"Aku pergi dulu," pamit Julian keluar dari perkarangan rumah.
Julian berusaha untuk melupakan semua kenangan buruk yang selalu membuatnya merasa sakit hati, apa lagi di saat ia kembali mengingat janji yang tidak akan pernah ditepati itu.
Kalau memang tidak bisa memberikan kepastian, jangan pernah memberi janji manis yang hanya menyakitkan. Percuma ia mengingat gadis itu, karena dia tidak akan pernah kembali.
Di saat seperti ini Julian selalu teringat pada gadis yang selalu mengejarnya sejak kelas 1 SMA. Gadis itu selalu berusaha untuk mendekatinya.
Julian menajamkan penglihatan saat mendapati sosok yang sangat familiar itu, baru juga ia mengingatnya.
"Maira?" Cowo itu berinisiatif untuk mendekati gadis yang sedang duduk di halte bus seorang diri.
"Mau bareng?" tawar Julian saat sampai di hadapan Maira.
"Julian?" Maira yang tadinya sibuk menggosokan tangan karena dingin, mengalihkan perhatiannya. Ini dia tidak salah dengarkan? Julian mengajaknya untuk pergi bersama.
"Mau nggak?"
"Mau." Maira terlihat sangat antusias sekali, ia pun langsung menaiki motor Julian untuk yang ke dua kali.
"Julian tumben lewat di sini?"
"Pengen aja." Ia baru menyadari kalau jalan yang dilaluinya itu bukan jalan biasa yang sering ia lalui. Bahkan entah kenapa mulutnya begitu lemas untuk mengajak Maira pergi bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAIRA
Teen FictionMaira Alkaura, gadis remaja yang begitu optimis mengejar cinta dari seorang Julian Mahendra. Namun, Maira keakan tuli dengan perasaan Marvino Gentara untuk dirinya, yang merupakan teman lelakai Maira yang begitu dekat dengannya. Akankah Maira berha...