Chapter [07] Bermain Hujan
HAPPY READING!!!!
🌙🌙🌙Kamu seperti hujan, yang datang membawa luka dan pergi meninggalkan genangan. Dan aku, seperti tanah yang selalu menyambutmu tanpa kau hargai.
~Maira Alakaura~
Hari semakin gelap, awan hitam berlomba-lomba untuk menutupi birunya langit. Begitupun dengan angin, ia juga berembus menerbangkan pepohonan. Dedaunan itu menari-nari seirama dengan alunan angin.
Penduduk bumi yang menyaksikan, juga ikut berlomba-lomba mencari tempat aman untuk singgah sebentar. Ada sebagian yang langsung menuju rumah karena takut akan basah bila hujan turun.
Sepasang mata dengan bulu yang lentik, menatap ke arah jendela. Sepertinya ia menyambut kedatangan hujan yang akan singgah sebentar, ia hanya berharap kalau hujan turun di saat kelas sudah selesai agar bisa memiliki alasan untuk bermain dengan tetesan air tersebut.
"Bakalan hujan nih," sahut gadis yang ada di sampingnya.
"Awannya gelap banget," sahutnya lagi pada gadis yang masih memandang jendela.
"Ra, lo dengar gue kan?"
"Dengar Ren."
"Terus kalau dengar kenapa nggak nyaut."
"Baiklah anak-anak, karena jam Ibu hampir habis, ada dari kalian semua yang ingin bertanya?" ujar guru yang mengajar di kelas mereka berdua.
Semua siswa saling lirik, sepertinya tidak ada dari mereka yang ingin bertanya.
Bersamaan dengan itu, bel pun berbunyi menandakan bahwa kelas sudah berakhir. Semuanya serempak mengemasi barang yang ada di atas meja. Maira dan Rena juga mengemasi barang-barangnya.
"Lo pulang sama Vino?" tanya Rena.
"Aku pengen pulang sendiri."
"Terus Vino?"
"Sayang, ayo nanti keburu hujan." Regan memasuki kelas Maira dan Rena.
Rena melirik ke arah Maira. "Lo yakin?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan.
"Yakin apa?" Aidan merasa penasaran dengan pertanyaan itu.
"Kepo lo," jawab Vino sambil mengelus kasar wajah Aidan.
"Ehhh, jauh-jauh tangan lo dari muka gue."
"Gue duluan." Regan menarik tangan Rena untuk keluar dari kelas, karena dia sangat rentan dengan hujan. Bila tubuhnya akan terguyur maka ia akan jatuh sakit.
"Semuanya gue duluan, kalian hati-hati pulangnya," pamit Rena yang sudah di ambang pintu.
"Kalau gitu gue duluan juga." Aidan menyusul Rena dan Regan keluar kelas dan kini tersisa hanya Vino dan Maira.
"Sini makan dulu." Maira mengeluarkan kotak nasi yang masih berisi kue brownies yang belum sempat ia berikan pada Vino, karena saat jam istirahat tadi Vino dipanggil oleh seorang guru ke ruangannya. Maira yakin kalau cowok itu pasti belum makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAIRA
Ficção AdolescenteMaira Alkaura, gadis remaja yang begitu optimis mengejar cinta dari seorang Julian Mahendra. Namun, Maira keakan tuli dengan perasaan Marvino Gentara untuk dirinya, yang merupakan teman lelakai Maira yang begitu dekat dengannya. Akankah Maira berha...