19# Sakit

2.5K 125 2
                                    

Valeno masih mengingat dengan jelas bagaimana ucapan Ricky yang sedikit menyakiti hatinya kemarin sore. Bocah itu kini sedang berada diruang osis sendirian. Hari ini tidak ada rapat osis, jadi seluruh anggota osis tidak ada yang berada di ruangan itu.

Menjadi mantan ketua osis membuat Valen dengan mudahnya  bisa mengakses pintu yang selalu terkunci jika tidak digunakan itu.

Tadi setelah bel istirahat berbunyi, bocah itu langsung menuju kelas Malvin---adik kelasnya yang kini menjabat sebagai ketua osis untuk meminta kunci ruang osis.

"Vin, gue boleh pinjem kunci ruang osis nggak? Ada file gue yang ketinggalan di komputer sana, kemarin lupa belum gue salin," ucapnya pada Malvin tadi.

Malvin langsung memberinya ijin dan segera menyerahkan kunci ruang osis kepada Valen.

Dan sekarang, Valen berhasil masuk kedalam ruangan yang sedang sepi ini. Duduk di sofa panjang yang tersedia, bocah itu diam untuk beberapa saat. Ingatannya kembali pada ucapan Ricky kemarin sore.

"Badan kak Valen udah gendut, nanti tambah gendut kalo makan yang berminyak."

Valen ingin marah setiap kali ada yang mengomentari tentang fisiknya. Bukan, ia bukan marah pada orang yang telah mengomentari tubuhnya. Tapi ia marah pada dirinya sendiri yang mudah merasa down dan cemas akan pendapat orang lain terhadapnya. Belum lagi isi kepalanya yang selalu berisik memikirkan ucapan-ucapan orang lain terhadapnya.

Punya hati yang sangat sensitif dan selalu merasa insecure dalam hal apapun adalah hal yang paling Valen benci.

Padahal selama ini, ia selalu berusaha untuk menerima dan mencintai dirinya sendiri apapun yang terjadi. Mencoba menjadi orang yang bodo amatan dan tidak peduli dengan ucapan orang lain terhadapnya. Namun ternyata itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

Karena setiap kali bocah itu ingin mengabaikan komentar buruk orang lain terhadapnya, otaknya akan secara otomatis langsung mengingat dan memikirkannya secara terus-menerus. Hingga berakhir ia akan merasa down dan merasa jika komentar buruk orang lain terhadapnya itu adalah benar adanya. Dan kemudian, ia akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang tidak pernah ia perbuat.

Valen pernah mendengar sebuah pepatah mengatakan, 'Kedua tangan kita memang tidak akan pernah bisa menutup mulut semua orang yang membicarakan kita. Namun kita bisa menutup telinga kita untuk tidak mendengarkannya.' Atau pepatah lain yang berbunyi, 'Jangan dengarkan apa yang tidak pantas untuk didengar.'

Valen setuju dengan pepatah itu, hanya saja ia tidak tahu bagaimana caranya menutup kedua telinganya yang sudah lebih dulu mendengar suara-suara orang yang telah membicarakannya, sehingga membuat ia harus negative thingking bahkan sampai over thingking.

"Emang gue beneran gendut ya?"

"Harusnya selama ini gue nggak asal makan, biar badan gue nggak gendut kayak yang dibilang Ricky."

"Kenapa gue baru sadar sekarang sih? Berarti gue harus diet. Gue nggak mau badan gue tambah gemuk, nanti orang-orang pada ngejek gue."

"Apa jangan-jangan selama ini udah banyak orang yang ngomongin fisik gue di belakang gue ya?"

"Anjirrr kenapa baru kepikiran sekarang sih?"

Valeno mengacak-acak rambutnya frustasi, bocah itu kini sedang merebahkan tubuhnya diatas sofa panjang ruang osis. Berniat untuk memejamkan matanya sejenak, namun urung saat tiba-tiba ponselnya berdering.

Valen mengambil ponsel yang berada diatas meja, menghela napas berat saat nama saudara kembarnya muncul pada layar ponselnya itu.

"Halo, kenapa, Mil?"

Awesome Lil' Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang