39# Happy Birth-Die

1.6K 153 12
                                    

Siang ini langit tampak temaram, mendung datang sejak tadi pagi. Namun, hujan tidak kunjung turun juga. Hanya langit mendung berwarna abu-abu, kontras dengan perasaan Ricky yang hari ini kelabu.

Bocah itu terlihat lesu, tidak bersemangat. Pagi tadi, ia berniat tidak masuk ke sekolah karena ingin ke makam sang Mama. Namun, Harris memberi pengertian padanya untuk datang ke makam Mama sepulang sekolah saja. Akhirnya dengan berat hati, Ricky menurut.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 17. Seharusnya ini menjadi hari yang bahagia untuk Ricky, sebab biasanya orang yang berulang tahun pasti akan mendapat kejutan dan hadiah dari orang-orang terkasih.

Namun, semua itu berbeda dengan ulang tahunnya Ricky. Ulang tahun Ricky tidak pernah ada kue, tidak pernah ada hadiah, bahkan sekedar ucapan 'Happy birthday' pun tidak ada.

Bocah itu segera merapikan buku dan alat tulisnya saat pak Dion—guru bahasa Indonesia mengakhiri kegiatan belajar mengajarnya siang ini.

"Ric, kenapa buru-buru?" Tanya Juan.

"Mau ke makam Mama," jawab Ricky cepat kemudian bangkit dari duduknya untuk segera keluar dari kelas.

"Hati-hati!!" Ucap Juan, Ricky hanya mengangguk.

Bocah itu berjalan dengan derap langkah lebar, namun saat hendak melangkahkan kakinya keluar dari area kelas, sebuah teriakan berhasil membuat ia berhenti.

"Ric, jangan pulang dulu!" Itu suara Anza, sang ketua kelas.

"Kenapa? Gue buru-buru."

"Mau ngapain? Ngerayain ulang tahun di rumah ya?"

"Nggak, gue ada urusan."

"Tinggal di sini dulu bentar ya, anak-anak mau ngasih kejutan buat lo," ucap Anza kemudian merangkul pundak Ricky untuk kembali masuk ke dalam kelas.

Ricky langsung terdiam, bocah itu pasrah saat tubuhnya di tuntun oleh Anza. Sedangkan Juan yang masih berada di kursinya langsung menatap Ricky dengan khawatir.

"Kalian mau ngapain? Ricky ada urusan penting, dia buru-buru." Kata Juan kemudian. Pasalnya, bocah itu sama sekali tidak tahu kejutan apa yang akan diberikan oleh teman-temannya kepada Ricky.

"Yaelah, urusan penting apaan dah? Sok sibuk banget kayak pejabat aja." Ricky langsung menoleh pada Richard, bocah itu menatap tajam Richard yang sedang duduk di meja guru.

"Sebentar doang kok, Ric. Anak-anak mau ngerayain ulang tahun lo." Ucap Anza.

"Santai aja, cuma tiup lilin sama potong kue kok. Nggak ada prank, lo nggak usah tegang gitu." Bayu— teman sekelas Ricky yang lain menghampirinya dan menepuk pundak Ricky.

Bocah itu hanya meringis samar, kemudian mengangguk dengan pelan.

Beberapa menit kemudian, muncul dua siswi perempuan dari luar kelas membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin di atasnya berbentuk angka 17. Lalu, terdengar nyanyian selamat ulang tahun dan sorakan heboh dari teman-temannya. Kecuali Juan, bocah itu hanya diam dan masih setia duduk di kursinya.

"Selamat ulang tahun, calon kapten tim futsal."

"Selamat bertambah usia, Ric."

"Happy birthday!! Ciee sweet seventeen."

"Habis ini makan-makan ya, Ric."

"Buruan tiup lilin!"

"Jangan lupa make a wish dulu, Ric!"

Melihat teman-temannya yang kini mendekat ke arahnya sembari membawa kue ulang tahun dengan lilin yang menyala, nafas Ricky langsung tercekat hebat. Bocah itu tiba-tiba saja berkeringat dingin, tubuhnya bergetar, dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia memejamkan matanya sebentar, kemudian menatap teman-temannya satu persatu. Berdehem samar.

Awesome Lil' Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang