42# Mimisan

2.3K 161 20
                                    

"RICKY!!!"

"Kena---PAPA?!"

Ricky terkejut saat tiba-tiba lelaki paruh baya yang masih terlihat bugar itu memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Saking eratnya, bocah itu sampai kesulitan bernapas.

"Papa kenapa, Pa? Ricky sesak, nggak bisa napas!" Ucap Ricky sambil berusaha melepaskan pelukan Sebastian.

Namun bukannya terlepas, pelukan itu malah semakin erat. Sekarang, tangan Sebastian terulur untuk mengelus pucuk kepala Ricky beberapa kali. Bocah itu akhirnya pasrah dan membiarkan sang Papa memeluk tubuhnya untuk waktu yang lama.

"Papa kenapa tiba-tiba meluk Ricky erat bangeeeett?" Tanya Ricky begitu Sebastian melepaskan pelukannya.

Lelaki itu menatap teduh wajah Ricky beberapa saat, kemudian tersenyum samar.

"Kata kak Harris, kamu pengen dipeluk Mama ya, Nak?" Bukannya menjawab pertanyaan Ricky, Sebastian malah balik bertanya. Membuat Ricky langsung menganggukkan kepalanya pelan.

Sebastian menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan.

"Ricky mau ketemu Mama?"

"Mau, Pa! Ricky mau bangeeettt ketemu Mama," ucap Ricky antusias. Namun beberapa detik kemudian ia menunduk dalam-dalam saat teringat sebuah fakta pahit dalam hidupnya. "Tapi, Ricky harus pergi ke makam Mama dulu buat ketemu Mama. Ricky nggak bisa ketemu langsung sama Mama, Pa." Lanjutnya.

Lagi-lagi, Sebastian tersenyum samar. Ia mengusak surai legam anak bungsunya itu beberapa saat.

"Kalau kamu ketemu sama Mama, kamu mau ngomong apa, Nak?" Tanya Sebastian.

Meski Ricky tahu itu mustahil, tapi bocah itu terlihat berpikir keras. Banyak yang ingin ia sampaikan pada sang Mama.

"Banyak yang mau Ricky omongin sama Mama, Pa. Tapi, kalau seandainya Ricky beneran bisa ketemu Mama, Ricky akan ngucapin terimakasih banyak sama Mama, karena Mama sudah menjadi salah satu alasan Ricky bertahan hidup sampai sejauh ini. Terus, Ricky akan minta maaf sama Mama, Mama meninggal karena melahirkan Ricky. Dan yang terakhir, Ricky akan bilang kalau Ricky sayang bangeeettt sama Mama." Jawab Ricky.

"Papa bisa kabulkan permintaan kamu." Ucap Sebastian.

"Hng? Maksudnya gimana, Pa?" Tanya Ricky heran.

Sebastian menatap Ricky lama, "Papa kangen sama Mama, Nak. Papa pengen ketemu sama Mama. Papa--- pengen nyusul Mama ke surga."

"PAPA NGOMONG APAAN SIH?!" Nafas Ricky langsung tercekat saat mendengar ucapan Sebastian barusan.

"Nanti Papa sampaikan semua keinginan kamu sama Mama, Nak. Sekarang, ijinkan Papa untuk pergi menyusul Mama ya?"

Ricky langsung menggeleng keras, kemudian menangis tersedu-sedu.

"NGGAK! PAPA NGGAK BOLEH PERGI!! RICKY NGGAK AKAN IJININ PAPA PERGI!!! PAPA NGGAK BOLEH TINGGALIN RICKY!!! PAPA NGGAK BOLEH NGOMONG GITU, PA!!!" Ricky langsung memeluk tubuh kekar Sebastian, kemudian menangis histeris di pelukan sang Papa.

Hening. Tidak ada jawaban dari Sebastian. Ricky mengangkat wajahnya, hanya untuk melihat wajah Sebastian yang kini tersenyum ke arahnya. Kemudian dapat Ricky rasakan usapan lembut pada kedua pipinya. Tangan hangat Sebastian mengelap air mata Ricky yang keluar dengan sangat deras.

"Papa pergi dulu ya, Nak..."

Usapan lembut pada kedua pipi Ricky tiba-tiba memudar. Bocah itu terkejut bukan main saat tubuh Sebastian juga ikut memudar tersapu angin secara perlahan.

"PAPAAA!!! NGGAK!!! PAPA NGGAK BOLEH PERGI!! PAPA JANGAN TINGGALIN RICKY!!! PAPAAA!!!"

"Ricky, hey bangun..."

Awesome Lil' Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang