34# Sebuah Insiden

1.9K 139 10
                                    

"HEY STOP, DON'T RUN!!! YOU HAVE TO BE RESPONSIBLE!!"

Lean mencoba bangkit untuk berdiri setelah menyadari jika mobil pick up yang telah menabrak dirinya dan Ricky malah berjalan menjauh. Lelaki itu tiba-tiba saja meringis merasakan nyeri pada pergelangan kaki kirinya. Lean lantas menunduk untuk melihatnya, kondisi kaki kirinya bengkak disertai dengan warna kebiruan yang mencolok, terlalu kentara untuk kulit Lean yang putih bersih.

"WHAT THE FUCK!!" Umpat Lean emosi.

"K-Kak Lean, tolonghh..."

Lean langsung menoleh, matanya membola melihat tubuh sang Adik tertindih oleh body motor. Lelaki itu dengan susah payah mencoba untuk berdiri lagi, menahan rasa nyeri yang menjalar pada pergelangan kakinya dengan sekuat tenaga untuk bisa membantu Ricky.

"P-punggung ku--- sakit, Kak." Rintih Ricky.

Posisi Ricky yang tengkurap dengan motor menindih bagian belakang tubuhnya itu praktis membuat punggungnya kesakitan.

Lean berjalan mendekat ke arah Ricky dengan kaki pincang, ia kemudian mencoba untuk mengangkat motornya dengan susah payah.

Percobaan pertama gagal, tenaganya belum cukup kuat. Lelaki itu menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Menarik napas lagi, lalu menghembuskannya lagi. Seperti itu terus sampai tiga kali. Setelah itu, ia mencoba lagi untuk mengangkat motor.

Percobaan kedua gagal lagi. Lean berteriak frustasi.

"Damn!! Why is it so hard?!"

"Kak Lean, sakiittt...." Ricky terus merintih kesakitan. Bocah itu juga beberapa kali mencoba untuk bangkit menjauh dari motor yang menindihnya itu. Tapi tetap saja gagal. Motor vario itu terlalu besar dan berat.

"Ricky, wait. Kakak telfon orang rumah dulu," ucap Lean kemudian merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Lelaki itu buru-buru mencari kontak Harris untuk di hubungi.

"LEAN? RICKY? OH MY GOD, KALIAN KENAPA?!"

Lean dan Ricky langsung menoleh, menemukan Rayyan turun dari dalam mobil dan berjalan ke arah mereka dengan tergopoh-gopoh.

"Kalian kenapa? Kok bisa gini?" Tanya Rayyan penasaran. Raut wajahnya juga terlihat sangat khawatir.

"Bang Ray, tolonghh--- sakiiitt..."

"Bang Ray, tolong bantuin angkat motornya dulu," ucap Lean.

Rayyan mengangguk dan langsung mengangkat motor yang menindih tubuh Adik bungsunya. Setelah berhasil mengangkat motor dan memindahkannya, lelaki itu beralih membantu Ricky untuk bangkit.

Kedua Kakak beradik itu langsung terkejut saat melihat darah menetes dari pelipis Ricky, yang membuat wajah bocah itu kini penuh dengan tetesan darah.

"Bang Ray, ke rumah sakit sekarang," pinta Lean.

"Nggak!"

Rayyan dan Lean langsung menatap Ricky dengan penuh tanda tanya.

"Aku nggak mau ke rumah sakit!" Seru Ricky, kemudian mengusap wajahnya beberapa kali. Hal itu lantas membuat tangan yang ia gunakan untuk mengusap wajah yang penuh dengan tetesan darah itu kini juga jadi berlumuran darah.

"Pelipis mu sobek begitu, kok nggak mau ke rumah sakit? Nanti kalo infeksi gimana? Kalo kamu kenapa-kenapa gimana? Itu semua harus di periksa, takutnya ada cedera lain, nggak usah ngeyel!" Ucap Rayyan ketus dengan satu tarikan nafas, menatap Ricky dengan tajam.

"Aku nggak pa-pa, ini cuma sobek sedikit. Nanti diobatin sama mas Shaka di rumah juga udah cukup kok. Lagian, tadi kita jatuhnya itu nggak parah."

"Ricky, kamu kenapa sih susah banget kalo di bilangin?! Coba nurut sekaliiii aja sama Abang. Abang tuh nggak mau kamu kenapa-kenapa!"

Awesome Lil' Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang