41# Khawatir

2.1K 148 12
                                    

Malam ini hujan deras disertai angin kencang dan petir yang bersahut-sahutan mulai mengguyur kota. Di ruang tengah, anggota keluarga Sebastian terlihat sedang panik dan khawatir sebab anak yang paling bungsu di keluarga tidak ada di rumah.

Sang kepala keluarga tiba-tiba mengalami vertigo karena pusing memikirkan keberadaan sang anak. Lelaki paruh baya itu hendak pergi mencari Ricky, namun anak-anaknya yang lain langsung melarang dan meminta Sebastian untuk istirahat di kamarnya.

Setelah memastikan jika sang Papa sudah istirahat, Shaka segera keluar dari kamar Sebastian dan beralih menuju ke ruang tengah, tempat saudara-saudaranya yang lain berkumpul.

"Tadi di sekolah, Ricky nggak bilang apa-apa ke kalian?" Tanya Harris sambil menatap Valen dan Milo secara bergantian.

"Enggak."

"Tadi kita ada pelajaran tambahan, jadi kita nggak ketemu sama Ricky."

Harris menghela napas berat, diikuti oleh saudara-saudaranya yang lain.

Seharusnya malam ini mereka sudah bisa rebahan di dalam kamarnya masing-masing sambil menghangatkan diri dengan selimut tebal, namun sang Adik bungsu sejak pulang sekolah sampai sekarang belum di ketahui keberadaan nya. Bahkan ponsel bocah itu tidak aktif. Membuat kepanikan saudara-saudaranya semakin bertambah.

"Jangan-jangan Ricky masih di makam Mama?" Tebak Shaka.

"Nggak ada, tadi Abang udah ke sana soalnya." Rayyan menjawab. Sepulang kerja, Rayyan memang langsung menuju ke makam Mama untuk menyusul Ricky, tapi saat ia sudah sampai di makam, ia malah tidak menemukan keberadaan Ricky di sana.

"Does anyone know Ricky's friend?" Tanya Lean.

"Juan?" Ucap Harris.

"Nah, coba telpon Juan. Siapa tahu Ricky main sama dia."

Harris mengangguk dan cepat-cepat mencari kontak Juan di ponselnya untuk menghubungi sahabat Adiknya itu. Panggilan langsung terhubung, namun belum di angkat.

Beberapa detik lamanya, panggilan belum di angkat. Harris mencoba menghubunginya lagi, namun tetap belum di angkat. Lelaki itu menghela napas berat dan terus mencoba menghubungi Juan.

Namun sudah panggilan kelima dilakukan, Juan masih tetap belum mengangkatnya.

"Tetep nggak di angkat," ucap Harris frustasi kemudian memijat pelipisnya. Pusing.

"Padahal nomornya aktif?" Tanya Rayyan, dan Harris mengangguk.

"Coba telfon teman Ricky yang lain. Ada yang punya nomornya nggak?" Kata Lean.

"Teman Ricky cuma Juan doang," jawab Valen.

Lean langsung mengerutkan dahi, "Really? Ricky doesn't have any other friends at school?" Tanyanya heran.

"Teman dekat Ricky cuma Juan doang. Jadi mustahil dia main sama temannya yang lain, apalagi hari ini ulang tahunnya dia," ucap Milo. Lean menghela napas gusar.

"Nanti kalo Ricky udah pulang, bakal gue gebukin. Bisa-bisanya dia bikin semua orang khawatir kayak gini. Vertigonya Papa sampai kambuh lagi," Shaka yang sejak tadi diam kini bersuara.

"Gue ikut gebukin," ucap Rayyan.

"Aku juga ikut. Nanti kita habisin Ricky ramai-ramai," sahut Valen.

"Habis itu ganti kalian yang dihabisin Papa sama kak Harris," kata Milo.

Rayyan, Shaka, dan Valen langsung menatap Harris yang kini menatap ketiganya dengan datar.

"Biar Kakak cari ke rumahnya Juan aja lah," ucap Harris kemudian.

Awesome Lil' Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang