"Mereka yang kita sayangi yang berada di dekat kita bisa lebih melukai diri kita"
-
-
-
-
-Sorry for typo
Enjoy this Story 😘Diruangan Khusus Dokter yang memeriksa Nevan di sinilah Bram duduk mendengarkan Penjelasan tentang kondisi Nevan yang membuatnya terpukul
"Itu karena bagian jantungnya terkena benturan yang cukup keras sehingga darah yang harusnya terpompa keluar tersumbat oleh pembuluh yang menyempit"
"Tapi syukurlah..kita bisa mendapatkan dia kembali. Jika telat barang beberapa detik saja, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.
Luka-luka ditubuhnya juga sudah ditangani, gendang telinga kiri ada gangguan namun cukup ringan" Sambung Dokter tersebut menatap BramBram menghela nafas memijat ujung alisnya yang terasa pening,
Dokter yang melihatnya mengerti"Tidak masalah, itu akan sembuh seiring berjalannya waktu.
Pasien masih dalam kondisi kritis, dan akan kami pindahkan ke ICU. Tak perlu khawatir, kemungkinan lusa ia akan segera siuman" Ungkap Dokter itu tersenyum tipisBram akhirnya bernafas lega setelah mendengarnya
"Apa ada cidera yang lebih serius? "
"Tidak ada tuan, tadi hanya ada pendarahan dalam namun sudah dihentikan, pasien anak yang kuat, tubuhnya seakan melakukan regenerasi sendiri" Angguk Dokter tersebut menulis beberapa data pasien
Bram yang mendengarnya tiba-tiba menatap Dokter tersebut dengan tatapan kosong tanpa sang Dokter sadari
"Ah..untuk menjenguk diperbolehkan 1 orang terlebih dahulu. Jangan lupa memakai gaun protektif yang sudah disediakan.Cobalah berinteraksi agar saraf pasien lebih cepat terangsang. Berilah dukungan dan doa selalu untuknya"
"Ada yang ingin ditanyakan Tuan? " Sopan sang Dokter
"Ah.. Tidak ada Dok, kalau begitu saya permisi, Terimakasih banyak" Ucap Bram dan berlalu dari Ruangan itu
"Ini aneh... Baru kali ini ada pasien yang seperti itu" Batin sang Dokter menatap Dokumen Nevan
Di depan ICU
"Ada yang mau masuk duluan? " Tanya Bram pada keempat bersaudara
Mereka semua saling lirik,Mereka semua tentunya ingin masuk untuk melihat keadaan adik bungsu mereka, tapi aturan membuat ini sulit
Bram yang peka karna sudah beberapa kali melihat Salmy yang mengintip dibalik jendela akhirnya menyuruhnya masuk duluan
"Masuklah lebih dulu Salmy... Kau sangat mengkhawatirkan adikmu" Salmy yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya
"Iya kak, lu masuk aja duluan" Tambah Andini
"Gapapa nih? " Ragu Salmy
"Cielah cuman masuk doang kak, kalau lu gak mau yaudah gue aja" Celutuk Syahwah mendapat gelengan dari Salmy
"Yaudah sana!" Salmy mengangguk dan mengalihkan tatapannya ke Bram yang juga mengangguk