12. Phobia

358 77 36
                                    

Hyunjin menghempas lembaran-lembaran kertas di meja. "Halah! Bodo amat dengan semua ini!" Tak lama kemudian ia beranjak dari kursi, memunguti kertas-kertas tersebut. "Ehe, bercanda. Kalau gak dikerjain, aku gak lulus."

Pemuda dengan lingkar mata menghitam itu kembali duduk, melamun. "Ya Tuhan ... ini kapan selesainya ...." Dia mengubah posisi duduknya seperti Lawliet---detektif di Anime Death Note--- berjongkok di atas kursi dan menatap layar laptop. "Akan kuhadapi semuanya meski sambil nangis dikit."

Hyunjin terpaksa tetap berjaga sampai pagi karena hari ini dosennya meminta untuk bertemu, membahas progres skripsi. Sementara tugasnya itu belum siap sama sekali.

"HYUNJIN!" panggil Minho tiba-tiba, membuat adiknya terkejut dan terjungkal ke lantai. "Gimana temanmu itu?" Dia menanyakan tentang Felix.

Pemuda yang dibuat linglung oleh skripsi itu masih tergeletak di lantai, menatap kosong langit-langit kamar. "Hah? Iya."

Minho mengibaskan tangannya di depan wajah melamun Hyunjin. "Ada pangeran kesambet, harus disadarkan nih." Didekatkan perlahan wajahnya dengan bibir dimajukan dan langsung didorong Hyunjin.

"Kamu habis nyabu?" terka Minho.

"Nyabu your father's head!" dengus Hyunjin. "Kak Minho pintar, 'kan? Hm ... anuin skripsiku, dong. Ya? Ya?" pintanya dengan alis naik turun dan senyum mengembang.

Minho langsung berdiri dan melangkah keluar dari kamar adiknya. "Kamu kasih alamatnya aja, biar aku ke sana sendiri, deh."

"Tolong lah ...." Hyunjin menangkap kaki Minho sambil tengkurap, membuat kakaknya berjalan terseret-seret. "Gak kulepas kalau kakak gak mau bantuin. Aku juga gak mau kasih alamatnya!"

Jeong In membuka pintu kamar, berpakaian rapi. Dia terkejut ketika melihat Minho berjalan sambil menyeret seonggok manusia tampan yang menyangkut di kaki. "Awalnya kukira mereka keren dan berkharisma. Modelan kayak gini kalau dijadiin tumbal pesugihan setan pun nolak," sindirnya pelan.

"Mau kemana?" tanya Hyunjin ketika melintas di depan kamar Jeong In.

"Diajak ketemuan sama Kak Han, ada hal penting yang mau dibahas. Pergi dulu ya, Kak," pamit Jeong In. Tidak lupa menyalami kedua kakaknya sebelum pergi.

"Mau ngikutin sampe ke wc? Aku mau berak," ucap Minho saat berada di depan toilet.

Alis Hyunjin bertautan, makin dipeluk erat kaki Minho.

Akhirnya kakak sulung itu menyerah dengan drama luar binasa dari adiknya. Hyunjin sumringah, dikirimkan alamat Felix kepada Minho bersamaan dengan file skripsinya.

Minho menggeleng heran ketika melihat isi dokumen tersebut.

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Beneran lewat sini?" Minho mengecek kembali alamat yang diberikan Hyunjin. Pasalnya dia masih ingat gang yang dilewatinya ini persis seperti di mana Seungmin keluar dengan motornya kemarin. Merasa ragu, dia mencoba bertanya pada bapak-bapak sarungan yang tengah membersihkan selokan.
"Pak, rumahnya Felix sebelah mana, ya?"

Dark SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang