Seungmin mendorong daun jendela kamarnya yang sulit dibuka. Berkali-kali tidak ada pergerakan, ia pun membukanya sekuat tenaga dan tanpa sengaja mengenai kepala seseorang yang bertepatan hendak berdiri pula ketika jendela dibuka.
"Sakit loh ...," Bang Chan mengusap kepalanya yang terbentur, berlagak kesakitan ingin menangis dengan kedua sudut bibirnya ke bawah.
Seungmin sudah terbiasa dengan kakaknya yang seringkali mengeluarkan sifat ke-adik-an itu. Lebih tepatnya, tidak peduli. "Kalau pengen sate, potong aja Bbokkari, ayamnya Felix," ucapnya saat melihat Bangchan merangkai bawang dan cabe pada sebuah lidi.
"Penangkal hujan, Min. Abang mau jemur kerupuk. Sisa nasi semalam masih banyak, sayang dibuang," sahut Bang Chan. Berpengalaman merawat adiknya seorang diri, single-brother, selama lima belas tahun membuat pemuda satu ini memiliki jiwa keibuan serta kebapakan pula.
"Gak logis, ah."
"Ya, meskipun cuma mentos ... tapi kalau diyakini----"
"Mitos," koreksi Seungmin. "Sampai lupa sama yang mau gue omongin. Itu kamar mandi kapan mau dibaikin?"
Semalam rumah mereka tertimpa pohon roboh akibat angin puting beliung, mengakibatkan tembok kamar mandi runtuh sebagian tepat saat Seungmin sedang menyikat gigi sebelum tidur. Untungnya dia tidak terluka. Karena hari sudah larut, terpaksa untuk sementara tembok yang rusak hanya ditutup menggunakan terpal.
"Sabar. Gue udah suruh Felix beli paku," ucap Bang Chan sambil menancapkan penangkal hujan buatannya ke tanah.
"Beli di mana? Toko bangunan di persimpangan Jalan Doang Jadian Kagak, itu?" sungut Seungmin.
"Iyalah dek ... masa beli paku di warung makan ...."
Seungmin berdecak. "Felix lo suruh jalan sendirian sejauh itu, Bang?! Lupa kalau dia hobinya nyasar?!"
Mulut Bang Chan terbuka lebar, mengerjap beberapa kali, baru mengingat hal yang diucapkan adiknya. "Lo susul sana, Min! Pantesan daritadi belum balik si piyik itu!"
*****
"Beli paku seperempat kilo ya, Pak," ucap Felix santun kepada pria paruh baya pemilik toko yang sedang fokus menonton sinetron.
"Ya. Dibungkus gak?" tanya pria tersebut dengan sorot mata tidak berpaling dari televisi kecil di ujung toko.
"Makan sini aja, Pak," jawab Seungmin dengan senyum tipis terukir di wajah datarnya. Ia berhasil menyusul a.k.a menemukan Felix yang ternyata benar-benar tersesat, hampir masuk ke rumah sakit bersalin.
Selesai dengan urusan membeli paku. Keduanya melangkah ke jalan pulang. Seungmin mengedarkan pandangan lalu menepuk pundak Felix. "Mumpung dekat rumah sakit, gue mau ke sana dulu, Lix."
"Eh? Kamu sakit, Min?" tanya Felix dengan khawatir. "Bawa BPJS?"
"Gak, mau numpang toiletnya doang. Sakit perut. Lo duduk di sana dulu, tungguin gue. Jangan kemana-mana. Ntar nyasar lagi," pinta Seungmin dan segera melesat menuju toilet.
Felix menurut, duduk dengan tenang di area parkir rumah sakit sembari bersenandung lagu SLUMP-Stray Kids (Japanese Ver) dengan suara deep yang menjadi ciri khasnya.
Where you going?
Don't let 'em flow it
Kono boku dake nokoshiteKetika sedang asyik bernyanyi, Felix tidak sengaja kontak mata dengan seseorang yang duduk agak berjauhan di kafe seberang. Ia pun mengalihkan pandangan, kemudian atensinya kembali pada pemuda di sana yang lagi-lagi menatap kemudian tertunduk dan memandanginya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sunshine
Fiksi Penggemar❝Kalau merasa hidup gak gwencana, menepilah dan teriak Shibal Sekiya!❞ Drama | Comedy | Brothership | Revenge Tragedy Tragedi malam itu raib dalam ingatan. Dia hidup sederhana bersama dua bersaudara dan tinggal cukup jauh dari Distrik 9. Keberadaan...