07.06.2024
༶•┈┈⛧┈♛┈⛧┈┈•༶Felix membawa sepiring spageti menuju kamar Seungmin. Diketuk pintunya. "Min, aku butuh bantuanmu."
Tak ada jawaban dari penghuni kamar. Felix terus mengetuk seperti seorang penjual bakso yang mengetuk mangkok untuk memanggil pembeli.
"Aku harus pergi. Karena Bang Chan di rumah, dia pasti gak kasih izin kalau aku pergi sendirian." Suaranya bertabrakan dengan ketukan buku jarinya yang sedari tadi belum berhenti. Ditambah dia juga berucap pelan sekali agar Bang Chan yang sedang menanam sawi di kebun belakang rumah tidak mendengar.
"GANDENG!" teriak Seungmin dari dalam kamar.
*Gandeng (Sunda) : Berisik
Felix berhenti mengetuk. Saudaranya itu pasti masih marah karena perdebatan tadi. Meski awalnya enggan memberitahukan siapun soal ini, terpaksa dia harus jujur.
"Semalam aku sama Hyunjin nemuin Ayen disekap di mansion. Kondisinya kritis. Sekarang dia ada di rumah sakit. Hyunjin sendirian di sana."
Seungmin yang sedang menonton film India di Youtube itu mengernyitkan dahi, beranjak dari kasur dan membuka pintu.
Tepat saat Felix melahap spagetinya dan menahan di mulut dengan membelalak, sebab mie itu dibuat untuk Seungmin tapi tidak sengaja dimakan sampai tersisa setengah.
"Ayen di rumah sakit? Tadi pagi dia masih balas pesan gue." Seungmin menunjukkan pesan dari Jeong In beberapa waktu lalu yang menolak ajakan mutualan akun Instagram. Si mong-mong ini baru saja membuat akun sosial media.
Siapa yang balas pesannya? batin Felix.
Seungmin menekan tombol dial, menghubungi kontak Jeong In. Diletakkan ponsel ke telinga, wajahnya tampak serius. Felix mendekatkan telinganya pula ke benda persegi itu sampai pipi mereka hampir bersentuhan.
"Lo apaan, sih?! Jauh-jauh sana!" usir Seungmin sembari mendorong wajah Felix.
"Aku mau denger juga."
Tersambung, tapi tidak diangkat hingga muncul suara operator.
Panggilan dicoba lagi. Namun tidak seperti sebelumnya yang sempat tersambung, kali ini langsung terputus, nomor berada di luar jangkauan.
"NAH!" seru Seungmin, membuat Felix yang berada di sebelahnya terperanjat kaget. "Pasti HP Ayen sudah dinonaktifkan! Ayo kita temui Changbin siapa tau bisa dilacak."
Kedua pemuda itu bersiap pergi. Sebelum itu, mereka pamit dulu ke abang kesayangan yang bersimbah peluh menanam sawi untuk tambahan uang skincare.
"Bang, pergi dulu," pamit Felix.
"Udah baikan dua bocah itu," gumam Bang Chan memandang dua adiknya bersiap mengendarai Clara, motor matic-nya. "Mau ke mana?"
"Ke pasar, beli ikan laga-laga!" teriak Seungmin sambil menghentakkan stater motor lalu mengerem mendadak karena hampir menabrak kandang ayam. Felix yang duduk di belakang hampir saja terjungkal.
"Jangan lo bawa ugal-ugalan lagi itu si Clara!" ucap Bang Chan memperingatkan, khawatir Seungmin melakukan atraksi gila seperti menyalip dua truk gandeng lewat kolong yang dari dulu ingin dilakukan.
*****
Han mematikan ponsel Jeong In ketika panggilan dari Seungmin masuk. Sesuai janjinya, dia datang kembali untuk menjenguk sanderaannya dan membawa nasi kuning.
Tatapannya nanar. Digenggam kuat benda persegi di tangan kemudian dibanting. Geram, gudang di depannya tampak kosong. Hanya tersisa kursi, rantai yang dirusak paksa dengan benda tajam dan sisa bercak darah milik orang yang disekapnya. "Dia bukan kingkong yang bisa sekuat itu untuk bisa lepasin ikatan rantainya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sunshine
Fanfiction❝Kalau merasa hidup gak gwencana, menepilah dan teriak Shibal Sekiya!❞ Drama | Comedy | Brothership | Revenge Tragedy Tragedi malam itu raib dalam ingatan. Dia hidup sederhana bersama dua bersaudara dan tinggal cukup jauh dari Distrik 9. Keberadaan...