26.06.2024
༶•┈┈⛧┈♛┈⛧┈┈•༶"Gagal jadi anak, gagal jadi kakak, bahkan gagal jadi diri sendiri. Gak ada pencapaian apapun dalam hidupku." Hyunjin meratap, setitik air menetes dari netranya yang menatap kosong jendela kaca ruang di mana adik bungsunya dioperasi.
Saat melihat kondisi Ayen tidak sadarkan diri dengan luka di sekujur tubuh, Hyunjin segera membawa adiknya itu ke rumah sakit. Kini, dia dan Felix sedang menunggu hasil di kursi depan ruang operasi.
Felix melingkarkan lengan ke bahu Hyunjin, mengusap dan menepuknya pelan. "Siapa bilang kamu gak ada pencapaian? Kamu juara satu di hatiku."
Hyunjin menoleh, lengkungan kecil terbit di wajahnya. "Thank you, Felix."
"Untuk apa?"
"Kamu mau dengerin setiap ocehanku, selalu ada di saat aku kecewa dan gak sempurna."
Felix tersenyum simpul sembari membuka pengait minuman kaleng lalu disodorkan kepada Hyunjin. "Itu sudah jadi kewajibanku."
"Tapi yang lain pergi."
"Gak apa-apa, yang penting ada aku."
Hyunjin meneguk minuman yang diberikan Felix. "Btw, aku masih kepikiran. Gimana Ayen bisa tersekap di sana? Biadap mana yang tega nyakitin orang selucu Ayenku."
Ayenku, hm? batin Felix dan tanpa sadar meremas kaleng minumannya yang sudah kosong.
"Felix?" tegur Hyunjin saat melihat rekannya itu memasang tatapan tajam yang tidak seperti biasa.
"Hm?" Kedua alis Felix tersentak, menetralisir emosi, menjaga tetap stabil. "Ah, ya." Dia kembali fokus untuk menanggapi. "Selain bapak itu, kunci mansionnya cuma keluarga kalian yang pegang?"
"Iya, tapi siapa coba yang sekap Ayen di sana? Gak mungkin papa. Kak Minho? Ya, selama ini dia memang gak peduli dan kurang bisa nerima keberadaan Ayen. Tapi dia gak mungkin setega itu," papar Hyunjin.
Felix berdecih, mengalihkan wajah, sudut bibir kanannya sedikit terangkat. "Terkadang orang yang punya wajah bak malaikat bisa jadi dialah yang punya niat paling jahat." Dia menyampaikan quotes yang pernah disampaikan Bang Chan. "Mana tau, yang kelihatan kayak malaikat ternyata malaikat pencabut nyawa."
Hyunjin menyipitkan mata. "Kok bicaramu begitu, Lix? Kamu nuduh Kak Minho?"
"Ah, maaf." Felix menggeleng cepat. "Bukan begitu. Ini cuma opiniku, mungkin pelakunya ada di sekitarmu. Orang yang punya akses masuk ke mansion."
Beberapa saat lalu mereka sudah menghubungi pria paruh baya pemegang kunci mansion, menanyakan perihal siapakah orang yang datang sebelum Hyunjin. Tapi beliau mengatakan hanya putra kedua konglomerat itulah yang datang akhir-akhir ini.
"Sementara tentang Ayen ini jangan beritahu keluargamu dulu. Jadi nanti kalau dia sudah sembuh, mereka pikir Ayen memang pergi liburan. Untuk sekarang, kita bisa gantian jagain dia di sini," saran Felix.
Hyunjin tidak menanggapi. Dia memalingkan wajah yang tampak tak senang dengan ucapan Felix sebelumnya. "Aku tahu, Kak Minho memang sudah berbuat gak baik ke saudaramu. Tapi bukan berarti kamu bisa nyalahin dia tanpa bukti. Gimana pun, dia kakakku," gerundelnya.
"Fitnah itu lebih kejam daripada Fitnes, Lix."
Felix menggigit bibir bawah, menahan diri untuk tidak membantah, enggan memancing perdebatan lebih lanjut. "Maaf kalau ada ucapanku yang salah. Aku cuma mau kasih saran. Keputusan tetap ada di tanganmu. Aku pulang dulu, ya?" pamitnya sembari menepuk lutut Hyunjin dan beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sunshine
Fanfiction❝Kalau merasa hidup gak gwencana, menepilah dan teriak Shibal Sekiya!❞ Drama | Comedy | Brothership | Revenge Tragedy Tragedi malam itu raib dalam ingatan. Dia hidup sederhana bersama dua bersaudara dan tinggal cukup jauh dari Distrik 9. Keberadaan...