33. Trust Issue

302 74 89
                                    

SORRY FOR BEING LATE (。ノωノ)
Udah 3 mingguan gak apdet Felix Harem. Eh-
Dark Sunshine.
Aku banting jari nguli di Ailurophile karena 2MinSung-ku lagi manis-manisnya, ehe 🤏🏻

Aku banting jari nguli di Ailurophile karena 2MinSung-ku lagi manis-manisnya, ehe 🤏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༶•┈┈⛧┈23.08.2024┈⛧┈┈•༶

"Kamu yakin, di sini?" tanya Minho ragu saat berhenti di depan toko yang begitu usang dan kumuh. Cahaya lampu mobilnya menyorot pintu polinget berlumut, cat tembok luntur dengan coretan gambar jorok dan ada pula tulisan Umin♡Lina, tanaman liar merambat di sekitar. Tampak lama sekali tidak dihuni.

Felix keluar dari mobil, menelan saliva. Bulu kuduknya berdiri. Tidak disangka tempat yang dikunjunginya akan menjadi toko angker. Salahnya juga datang ke sini malam hari. "Ya, betul memang ini tempatnya."

"Gimana gak sepi coba buka usaha di sini? Sengaja mau jualan buat makhluk dunia lain?" gerutu Minho.

Saat di mobil tadi Felix memberitahukan bahwa kunci pemberian Minho berbeda dengan yang dibawa penjaga mansion. Dia masih ingat bahwa Jeong In pernah mengajaknya diam-diam keluar mansion melewati sebuah jalan rahasia agar bisa membeli jajanan pinggir jalan, sekaligus mengajak putra sematawayang kepala distrik yang selalu terkurung itu agar bermain sebentar di dunia luar.

Dulu, Felix tidak pernah curiga atau penasaran. Hanya nurut saja dengan arahan Jeong In yang mengajaknya bermain di luar. Saat inilah dia baru bertanya-tanya, apa tujuan dibuatnya jalan tersebut dan kenapa Jeong In lebih mengetahui tentang hal ini?

Dengan bantuan pencahayaan sinar rembulan, Felix membuka gembok yang mengunci pintu polinget. Berhasil. Dia dan Minho saling pandang.

"Bukan kunci mansion tapi kunci toko? Apa maksudnya ini warisan kamu disuruh jualan sembako, Lix?" Minho memandang sekitar. "Tapi jalanan sini sepi. Kayaknya kalau buka toko gak bakal laku."

Pintu berderit kala Felix membukanya sedikit. Bersamaan itu sepasang kelelawar terbang keluar sampai hampir menabrak wajah dua pemuda di ambang pintu.

"HUWA!!!" Felix meneriakkan deep voice-nya dan langsung berjongkok seraya menutup mata. Suara kerasnya sontak membuat laki-laki di sebelah juga refleks berteriak.

"ARGHH!" erang Minho mengusap dada. "KAMU NGAGETIN AKU, LIX!"

"Ah, maaf. Aku payah banget soal beginian." Alis Felix turun, menggeser posisi jongkoknya, berlindung di belakang Minho. Dia tidak suka hal-hal horor seperti yang ada di hadapannya sekarang. "Gelap. Kenapa tempat ini berubah jadi seram?!"

Minho jadi agak meragukan apakah pemuda penakut di sebelahnya adalah Felix yang sama dengan yang menembaknya beberapa waktu lalu. Tidak gentar sedikit pun, dia mengambil ponsel, menyalakan senter, menyorot ke dalam toko. Lima meter dari pintu, ditemukan jalanan yang di cor landai selebar kurang lebih dua depa orang dewasa, mengarah ke lorong bawah tanah.

Dark SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang