Gentar itu lebih identik dengan grasah-grusuh dan sedikit gegabah, ketimbang kalem dan tenang. Sudah bagai pantulan cermin kalau dengan Sopan yang lebih sering tampil tenang dan tertata.
"Tarik napas dalam-dalam, Mas Gentar. Jangan dikeluar—"
"Nanti aku mati dong, Sopan."
Tessen Sopan bergerak cepat menggetok sang kakak. Gentar berkali-kali mengaduh meskipun getokan Sopan cuma sekali.
Adiknya itu sekali pukul saja sakitnya tidak habis-habis meski hari sudah bergeser, kurang lebih seperti itu dalih si Gentar.
"Sopan cuma minta Mas menata hati, menata emosi," si bungsu duduk bersila di sebelah Gentar, ikut menikmati sore hari yang damai di kamar mereka. Wajahnya sangat tenang nyaris tidak terbaca apa perasaan yang dipantulkan hatinya. "Kalau sudah bisa, maka Mas Sori yang lagi mode menyebalkan juga bakal lewat. Nggak level, istilahnya."
Gentar mencibir. Yang benar, ah? Sori kalau lagi menyebalkan bahkan bisa bikin Glacier yang terkenal sabar jadi ngereog heboh, loh. Apalagi ini seorang Gentar. Kayaknya, dia bakal berlari mengejar sekuat tenaga kakaknya yang super mengesalkan itu.
"Aku itu udah satu tingkat lebih sabar dari biasanya loh, Sopan,"
"Masa?" Si bungsu yang masih tahun awal sekolah menengah pertama cuma tersenyum meledek. Mana percaya dia dengan ucapan Gentar yang lebih banyak ngibulnya daripada fakta itu. "Coba Mas ulangi yang tadi Sopan kasih tahu. Duduk tenang, trus mulai tarik napas dalam-dalam dan ditahan sebentar. Beberap detik setelahnya boleh dilepaskan pelan-pelan."
Demi tidak mau diremehkan sang adik lebih lanjut, Gentar segera patuh mengikuti ujaran Sopan. Ia kembali duduk dengan rapi dan tegap. Kakinya bersila di samping si bungsu. Hidungnya kembang-kempis akibat ia yang sedang melakukan proses pernapasan.
Gentar sudah tenang dan kalem, persis sesuai ucapan Sopan.
Heheh, si anak nomor lima ini rasanya ingin menepuk dada sombong. Lihat nih Sopan, kakakmu sudah jadi orang sabar sepertimu.
"Yang makan jatah telur dadar Mas Gentar tadi pagi itu Mas Sori,"
"APA?! YANG BENER, SOPAN?!"
Belum juga Sopan sempat menjawab pertanyaan Gentar, sang penanya sudah berlari heboh meninggalkan posisinya sambil berteriak, "MAS SORIIIII, KEMBALIKAN TELUR DADARKU! AKU SAMPAI HARUS MAKAN TANPA LAUK, LOH!"
Si bungsu cuma menggeleng pelan dan tersenyum maklum.
"Mas Gentar memang tidak cocok belajar jadi kalem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rupa Tujuh Semesta
FanfictionKarena hari-hari Solar yang normal tidak pernah terlihat biasa saja akibat ulah ajaib kakaknya yang berjumlah enam biji Dan tentu saja, polah ajaib dirinya sendiri