• Belanja

841 127 5
                                    

Biasanya, belanja bulanan akan dilakukan oleh Solar yang disertai Gempa. Aslinya memang tugas Solar, tapi karena si bungsu ini tidak bisa kemana-mana tanpa didampingi salah satu kakaknya, Gempa turun tangan. Bukan Halilintar, bukan Taufan, bukan pula si duo tantrum—Blaze dan Ice. Mana mungkin Gempa mau memasrahkan begitu saja mandat orang tua mereka berupa lembaran-lembaran untuk kehidupan mereka selama sebulan pada lima saudara lainnya yang tidak bisa dipercaya itu. Bisa-bisa mereka dadakan jadi gelandangan karena uang bulanan ludes untuk hal sia-sia.

Tapi, kali ini Gempa pasrah pada Yang di Atas dengan menunjuk Ice untuk menemani Solar berbelanja. Dia, Halilintar, dan Taufan sedang sibuk memperbaiki pagar depan rumah yang ringsek karena ditabrak tetangga yang tidak mahir naik mobil. Sedangkan Duri dan Blaze baru menjalankan tugas menyapu dan mengepel seluruh penjuru rumah. Hanya Ice seorang yang bagai pengangguran tidak mengerjakan apapun.

Solar sih, iya-iya saja siapapun yang mendampingi. Yang penting dia tidak perlu jalan kaki untuk bolak-balik ke supermarket langganan. Dibonceng sepeda lagi sama Taufan juga tidak masalah, yang penting setelah itu Taufan tanggung jawab menemaninya mabuk sepeda.

"Jangan ngebut! Solar mabuk nanti, dan kamu bakal ikut-ikutan mual karena lihat dia mabuk."

Dan Ice mematuhi ucapan Gempa sepenuh hati. Kayuhan sepedanya sangat santai, sampai-sampai Solar nyaris tertidur karena angin yang menyapa mereka terasa sepoi-sepoi menghanyutkan.

"Kita berpencar saja Kak, biar cepat," putus Solar begitu mereka menginjakkan kaki di supermarket nan sejuk, "Kakak tolong cari kangkung dua ikat, nanti kalau ada seledri, beli satu ikat. Kalau sudah, temui Solar di dekat antrian kasir."

Ice mengacungkan jempol lalu pergi mencari apa yang dititahkan Solar padanya. Si bungsu sendiri segera melesat mengumpulkan barang-barang dalam list. Ia sudah hafal tata letak serta apa saja yang harus dibeli setiap bulan, jadi tidak perlu waktu lama.

Solar juga maklum kalau nanti Ice sedikit lebih lama, walaupun yang kakaknya cari jauh lebih sedikit dibanding dia. Pasti kakaknya satu itu terdistraksi sesuatu atau sedang galau memilih jajan yang bisa ia borong pulang.

"Nih, kangkungnya. Seledrinya ada tuh di sana," satu ikat kangkung masuk ke dalam keranjang Solar. Kakaknya tersenyum puas sambil menunjuk etalase sayuran. Bangga sekali dia berhasil menemukan barang yang diminta.

Si bungsu mendelik, "kok cuma satu?!"

Ice mengedikkan bahu dan ganti menatap adik bungsunya bingung, "kan tadi kau yang bilang beli seikat?"

"Aku tidak bilang begitu?!"

"Kan katamu, beli kangkung dua ikat, trus kalau ada seledri, beli satu ikat. Benar dong aku? Jangan pelupa deh, adik yang jenius~"

Solar mengusap wajahnya lelah. Yang benar saja. Kakaknya satu ini pasti sedang mengajaknya bercanda.

LIHAT ITU SENYUM DIA YANG MENYEBALKAN!

"Kakak bawa keranjangnya," Solar mendengus kesal sambil menyodorkan keranjang pada Ice, "Solar sendiri saja yang ambil kangkung sama seledrinya. Kak Ice di sini saja, antri yang becus!"

Ice sekali lagi mengedikkan bahunya. Ia melambaikan tangan pada Solar yang pergi dengan menghentak kesal, "semangat berbelanja, Solar. Kakak menunggumu di sini~"

Rupa Tujuh SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang