• Boneka Hiu yang Hilang

647 106 7
                                    

Ice berkacak pinggang menatap jemuran yang harusnya ia bawa ke dalam rumah sebelum hujan turun. Ia ingat betul, tadi pagi ia mencuci boneka miliknya dan saudara-saudaranya, dan total boneka-boneka itu harusnya lima belas biji. Dahinya kembali mengerut, boneka yang terjemur saat ini jumlahnya kurang satu.

Boneka hiu paling empuk miliknya. Yang paling sering dapat kritik dari Blaze karena dianggap bau azab. Sudah baik hati dia mau merelakan sang boneka untuk dicuci hari ini, kenapa malah boneka kesayangannya itu hilang sekarang.

Ice tidak lagi peduli pada langit yang semakin gelap mendungnya. Kakinya ia langkahkan pada dua adiknya yang memang sejak pagi asik menggeluti kebun mini di rumah mereka. Harusnya, mereka yang tidak beranjak sedari tadi tahu pasti siapa pelaku penghilangan boneka keramatnya itu.

"Kalian lihat boneka hiu punyaku?" Todong Ice tanpa berbasa-basi. Matanya menatap lurus pada kedua adiknya, ia ingin jawaban serius saat ini dan bukan bercanda. "Atau kalian yang sengaja menyembunyikan?"

"Ehh, bukan! Kami dari tadi sibuk memecah kecil-kecil tanamanku," Duri buru-buru mengelak. Salah timing sedikit saja, dia dan Solar bisa kena cubit mematikan sang kakak nomor lima.

Solar juga langsung mengangguk mengiyakan, "kami malah tidak tahu kalau bonekanya belum diangkut ke rumah dan masih pada terjemur," tangannya tetap sibuk memupuk pot-pot kecil yang telah dijejer Duri. "Kalau tahu belum dibawa masuk, pasti sudah kami bawa masuk dari tadi, apalagi mendung gelap begini."

Ice mendengus sebal. Kalau adiknya yang dari tadi di sini saja tidak tahu, ia jelas makin tidak tahu harus mencari kemana. Apalagi saat ini di rumah hanya ada mereka bertiga saja. Pusing sekali rasanya Ice harus kedapatan apes begini.

"Bisa tolong bantu Kakak cari, tidak? Nanti cemilan Kakak selama seminggu boleh untuk kalian, deh," Ice menyerah. Tidak ada gunanya dia menekan dua bungsu ini untuk mengakui yang bukan perbuatan mereka. Meminta bantuan pada sang adik saat ini akan jauh memudahkannya dalam mencari, daripada sendirian mondar-mandir tanpa kejelasan. "Tapi, nanti tolong Kakak diberi sedikit, ya."

Duri tertawa lepas. Ia segera bangkit dari jongkoknya untuk membersihkan tangannya yang penuh warna cokelat. "Solar, tinggal sedikit tolong sekalian dibereskan, ya! Biar Duri yang bantu Kak Ice cari boneka sama angkut para boneka."

Si bungsu mengacungkan jempolnya dan tidak berkata apapun selain pergerakan tangannya makin cepat dan lihai dalam menyelesaikan urusan pot-pot kebun.

Ice dan Duri mulai mencari satu boneka yang hilang. Halaman belakang rumah mereka tidak luas, sekali memandang, semua bagian dari halaman dapat terlihat jelas. Dan boneka milik Ice sama sekali tidak tampak.

"Apa mungkin jatuh menggelinding di jalan, Kak?" Tanya Duri. Ia ingat pernah membantu Blaze menjemur baju lalu salah satunya terbang dan jatuh di dekat jalan.

Namun, Ice menggeleng. Sebelum bertanya pada Duri dan Solar, ia sudah mengitari jalan di sekitar rumah dan tidak berhasil menemukan keberadaan bonekanya sama sekali.

"Sudah coba lihat kandang ayam kak Blaze?" Tanya Solar di balik rerimbunan kecil kebun mini. Meskipun ia mendongak dari duduknya, dua kakaknya tetap tidak bisa melihat ia yang tertutup kehijauan. "Akhir-akhir ini salah satu ayamnya suka bawa kabur sandal-sandal halaman belakang. Tiap pagi, Solar dan kak Taufan harus mengecek kandang untuk memastikan sandal halaman belakang lengkap dengan pasangannya. Coba deh Kakak cek."

Ice langsung memutar langkahnya menuju kandang ayam milik Blaze. Kandang yang tidak besar tapi juga tidak kecil. Cukup untuk dua sampai tiga ayam milik Blaze.

Begitu pintu kandang dibuka, bukan main geramnya Ice. Boneka yang dari tadi ia cari sekarang tampak kotor serta lusuh di dalam kandang. Seekor ayam berkalung 'JONO' dengan santainya bergelung hangat pada boneka hiu Ice. Seolah memang sengaja diambil karena si ayam sedang kedinginan.

"Biar Duri saja yang ambil, Kak," Duri buru-buru mendorong Ice yang masih melotot tajam pada si ayam, "Kak Ice bawa saja boneka yang lain ke dalam. Nanti sekalian Duri cucikan lagi bonekanya."

Ice dengan gondok mengikuti kata sang adik. Namun, tentu ia tidak akan membiarkan si ayam hidup bebas sesuka hatinya lagi. Ultimatum pun dilancarkan oleh Ice sambil menunjuk-nunjuk kesal satu ayam milik Blaze, "kamu, ingat ya dasar ayam jelek. Aku pastikan kamu bakal disembelih Blaze pakai tangannya sendiri. Camkan itu!"

Besok lusanya, Ice memasak ayam saus pedas favoritnya dengan wajah paling gembira yang ia punya.

Rupa Tujuh SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang