• Kalau Sakit

659 96 2
                                    

Gentar selalu tahu, adiknya yang baru saja duduk di bangku sekolah menengah pertama itu memang sangat tenang, kalem, serta bertingkah dewasa, sebuah anomali buat anak-anak yang seumuran dengan si bungsu. Namun, Gentar juga tahu, adiknya itu masih punya sisi yang sedikit menyebalkan—atau setidaknya begitu di mata Gentar.

Contohnya, waktu Sopan mendadak demam setelah hujan-hujanan heboh bersama Sori sehari sebelumnya.

Si bontot yang biasanya kalem dan tidak bikin ulah, di hari-hari sakitnya jadi satu tingkat lebih menyebalkan. Apa-apa merengek, apa-apa diadukan pada si sulung, apa-apa minta dituruti, pokoknya jadi menyebalkan sekali di pikiran Gentar.

Biasanya Sopan juga menyebalkan dengan tingkah sok dewasanya, tapi Sopan yang sakit bukan main bikin sebal Gentar berkali-kali lipat.

Kakak-kakaknya mana peduli. Mereka berempat asyik menertawakan derita Gentar—terutama kakaknya yang menanggung nama 'Supra' itu. Tidak tahu sudah berapa kali dia tertawa tiap Sopan yang demam mulai mengganggu Gentar.

"Mas Gentar, jangan dimatikan kipasnya!"

"Mas Gentar, ayo temani Sopan makan,"

"Mas, Sopan gak bisa tidur kalau ditinggal sendirian. Ayo temani Sopan tidur,"

"Mas Gentar, ini kepala Sopan pusing. Apa sebentar lagi kepala Sopan bakal menggelinding?"—yang ini Gentar langsung menabok si bungsu tanpa ragu. Adiknya ini makin hari makin melantur saja omongannya.

"Mas Gen—"

Supra bersiul jahil. Matanya mengedip usil pada Gentar yang langsung melotot kesal pada sang kakak. "Ayo Mas Gentar, adiknya sudah memanggil, tuh,"

Si anak nomor tiga memang kelihatan yang paling bahagia di atas penderitaan Gentar. Kelihatan sekali dia sudah muak hari-hari dijadikan sasaran kejahilan dua adik bungsunya. Kalau sudah begini, senyum lebar Supra tak henti-hentinya dipasang apik pada rupa rupawan itu dengan senang hati.

Namun anehnya, Gentar tidak pernah terang-terangan memprotes aksi Sopan setiap sakit itu—meskipun ia mengaku, dongkol sekali hatinya pada si bungsu.

Habisnya buat Gentar, kapan lagi adik bungsunya yang selalu bersikap sok dewasa itu jadi manja dan menyebalkan sekali hanya untuk dia? Kakak-kakak yang lain saja tidak direpotkan loh oleh tingkah Sopan.

Gentar boleh sombong di depan kakak-kakaknya kan buat yang satu ini?

Rupa Tujuh SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang