27. Nanti Malah Malu-maluin

1.6K 86 15
                                    

Maafkan segala Typo! Hehe
Btw, makasih banyak buat Choco_nutty udah mau nandai.in typo² yang ga jelass 😭🤧🙏
Makasih banyak pokoknya. Aku revisi nanti yaaa. Banyak banget lagi 🥺🙏

Dan iniii, hadiah update buat yang udah vote, komen, terus follow akuhh, heheh
Semoga masih nyambung dan kalian suka yaa

Typo, boleh tandai.in lagi yaa ☺️

And,

Happy Reading 😊 🙏 ♥️

***

Laiv memalingkan wajahnya kembali menatap Jayden yang kali ini sudah bangkit dan berjalan mendekat kearahnya bersama anak-anak yang lain. Tidak. Bahkan setelah puas bermain dan belum bicara pada ayahnya sama sekali, langkah yang Jayden tuju selanjutnya adalah Alexa.

Anaknya berlari ke Alexa sambil merentangkan tangannya dan memeluk Alexa. "Kak Alexaa!"

Alexa terperanjat. Lantas segera menatap Jayden yang sudah memeluknya yang dipenuhi keringat. "Ya? Sudah puas bermain?"

Jayden mengangguk. "Sekarang minum dulu yaa, ada nenek didalam. Bareng sama Abang dan kakak-kakak tadi yaa."

Jayden kembali mengangguk, pun langsung masuk kerumah bersama yang lain yang ternyata sedang menunggunya. Tanpa melihat ke arah Laiv yang terus-menerus menatap Jayden dengan pandangan tidak terbaca.

Dan setelah anak itu masuk kerumah, Laiv oun kembali menatap Alexa yang masih terdiam. Dari wajahnya, Laiv dapat melihat kalau Alexa sedang syok.

Alexa lantas menghembuskan napasnya untuk menenangkan diri. "Bantuan seperti apa yang Bapak maksud?"

"Menurut kamu kemana arah bantuan saya?"

Jantung Alexa kembali berdetak cepat, tapi kali ini lebih cepat. Mulutnya tidak bisa langsung merespon pertanyaan yang diberikan Laiv padanya. Perempuan itu hanya bisa menatap Laiv dengan pikiran yang harusnya bisa ia keluarkan melalui mulutnya. Namun tidak bisa, mulutnya tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

"Ibu saya selalu berusaha mencarikan jodoh untuk saya. Saya tidak mempermasalahkan apa yang dilakukan Ibu sama sekali. Tapi yang jadi pertimbangan saya adalah Jayden. Anak saya tidak pernah menerima perempuan manapun yang ditunjukkan Ibu saya. Oleh sebab itu perjodohan yang dilakukan oleh Ibu saya tidak pernah berhasil. Berbeda dengan kamu, Jayden bisa cukup mudah menerima kehadiran kamu. Bahkan ia dengan berani meminta pada saya untuk membawa kamu kerumah hanya untuk bisa mencoba roti kopi buatan kamu.

Saya tidak menampik kalau saya juga butuh seorang istri. Saya butuh sosok istri dalam hidup saja yang bisa mengurus semua kebutuhan saya. Tapi saya juga tidak bisa egois untuk Jayden. Karena yang lebih membutuhkan adalah Jayden. Dia butuh kasih sayang ibu yang bisa membantunya bertumbuh. Dan setelah melihat kedekatan kamu dengan Jayden selama beberapa bulan terakhir ini, saya rasa kamu bisa membantu saya."

Alexa mengerti. Dia sudah berusia 22 tahun, lantas ia sudah mengerti kemana tujuan pembicaraan ini. Tapi yang tidak Alexa mengerti adalah kenapa kedekatannya dengan bocah tampan yang saat itu meraung-raung ingin roti dengan pesanan anehnya, malah membuatnya harus berurusan dengan ayahnya? Dan malah meminta 'bantuannya'?!

"Saya tahu kalau kamu kaget."

Iyalah, kaget banget gue!

"Dan kalau kamu bersedia membantu saya, kita bisa memulai semuanya mulai sekarang. Pelan-pelan. Balasannya, kamu tidak perlu lagi cemas mengenai Ibu, adik-adik kamu, serta panti ini. Saya yang akan menanggung semuanya. Tanpa terkecuali."

On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang