16. Permintaan

1.8K 102 2
                                    

Haloo, aku updatee!! 😊
Terimakasih sudah berkunjung ❤️
Terimakasih sudah mampir ❤️
Terimakasih atas dukungan kalian ❤️
Dan ... Terimakasih untuk 4.8k Pembacaa ❤️❤️

Huaa ... Senang bangett 😭
Terimakasih orang baikk ❤️📌

Kali ini mungkin part-nya pendek banget, hehe
Maaf, lagi hectic sama skripsi.

Tapi semoga kalian suka yaaa ❤️😊

Selamat membacaaa

***

Selesai dengan urusan pribadinya, Arsila lantas segera menyusul Alexa yang sedang menunggunya ditempat tadi. Ia harus nyebrang terlebih dahulu, karena memang jarak toilet umum dengan taman, cukup jauh. Mungkin dikarenakan tidak ingin ada bau tidak sedap disaat mereka bersantai. Maka dari itu pengelola setempat membangun toilet dengan jarak yang cukup jauh.

Arsila mengedarkan pandangannya saat tempat duduk ia dan Alexa tadi semakin dekat. Namun, kernyitan malah muncul dikeningnya. Alexa tidak ada ditempat mereka duduk tadi. Kemana anak satu itu? pikirnya.

Arsila masih terus mengedarkan pandangan dari tempat mereka duduk tadi, hingga sesaat kemudian dia menemukan Alexa sedang berdiri dihadapan seorang pria tampan yang membuat Arsila terdiam. "Masya Allah, ganteng banget," gumamnya sambil melangkah mendekati mereka.

"Alexa pintar banget, cari mangsa," katanya mencibir sambil terus berjalan. Pikirannya langsung muncul berbagai godaan untuk sahabatnya itu.

"Alexa!" panggil Arsila yang langsung membuat dua orang dewasa dan satu orang ... anak kecil? Melihat ke arahnya.

Tunggu, bukankah anak itu Jayden? Jadi ini ayahnya? Wahh, bibit unggul ternyata. Arsila terus menggumam diotaknya. Namun, kakinya terus melangkah hingga ia sudah berdiri disamping Alexa.

"Kupikir kamu hilang ditaman ini."

Alexa tertawa mendengar ucapan Arsila. "Nggak kok. Tadi aku nggak sengaja ketemu Jayden, terus kita ngobrol. Oh, iya. Ini Ayahnya Jayden. Pak ini Arsila, teman saya."

Alexa memperkenalkan mereka berdua. Laiv hanya mengangguk, pun dengan Arsila yang juga melakukan hal yang sama.

Sebentar, Alexa merasa seperti ada yang aneh. Mereka ... nggak salaman?

***

Tidak lama kemudian, mereka akhirnya berpisah. Laiv dan Jayden pulang, begitu pula dengan Arsila dan Alexa. Sambil terus berjalan menuju motor mereka yang terparkir, Arsila gencar menggoda Alexa.

"Gimana Al? Udah siap jadi Mak Tiri?" Alexa sontak menatap Arsila aneh.

"Pak Laiv ganteng banget. Nggak salah sih, Jayden bisa ganteng juga walaupun masih bocah. Bibit keren. Unggul. Lumayanlah Al, bisa memperbaiki keturunan. Mending langsung gas aja, Al. Perbaiki nasib juga. Keliatan orang kaya kan, mereka?" Alexa meringis geram. Ucapan Arsila semakin meloncat jauh padahal mereka baru saja bertemu.

"Gimana Al? Atau aku aja, ya yang gerak buat pak Laiv. Nggak papa Duda. Duda kaya plus ganteng. Bonus anak ganteng juga. Nanti pasti ketularan ke aku. Boleh nggak?" Mereka sudah sampai diparkiran, tapi Arsila masih terus mengoceh tentang Laiv. Membuat Alexa menatap temannya itu sebal dan kesal.

"Jangan ngaco, Arsila. Mending pulang."

Arsila mengerucutkan bibirnya dan mengambil helm. "Apa salahnya sih, Al. Ngehalu nggak papa kali."

"Emang nggak salah. Tapi jangan keterlaluan. Kalau jatuh, rasanya nggak pernah enak. Udah, buruan pulang. Keburu sore banget," kata Alexa dan segera dilakukan Arsila.

Setelah selesai memasang helm, mereka pun naik motor dan segera meninggalkan taman. Meninggalkan sepasang mata yang masih memperhatikan mereka dengan seksama.

"Ayah."

Laiv pun mengalihkan pandangannya bersamaan dengan dua perempuan tadi yang sudah pergi, pada anak kesayangannya. Mereka sudah berada didalam mobil dengan Laiv yang menyetir. Sedangkan Jayden duduk disamping kursi kemudi. Seatbeltnya juga sudah terpasang dengan baik.

"Om Bara bilang, kalau toko rotinya sedang tutup untuk diperbaiki. Artinya aku tidak bisa membeli roti kopi kesukaanku. Padahal aku sudah sangat ingin memakannya. Sudah lama aku tidak lagi memakannya," kata Jayden dengan raut yang sedih.

"Jayden ingin mencoba yang lain?" tanya Laiv.

Jayden menggeleng. "Aku hanya mau roti kopi."

Laiv bingung harus bagaimana. Roti kopi yang selalu dibawa anaknya pulang dari toko Bara itu memang berbeda. Rasanya berbeda. Jauh lebih nikmat. Sudah banyak Laiv mencoba roti kopi, tetapi memang hanya roti kopi itu yang paling nikmat. Laiv juga menyukainya.

Tapi, mau bagaimana lagi, Bara sedang menutup tokonya untuk melakukan beberapa renovasi.

"Ayah?" panggil Jayden lagi.

"Iya?"

"Bisa kah kita membuatnya dirumah?" tanya Jayden membuat Laiv semakin bingung. Membuatnya dirumah?

"Ayah tidak bisa membuat roti yang seperti itu, sayang."

"Tidak bisakah Ayah meminta Kak Alexa untuk datang kerumah dan membuat roti itu bersama?"

***

TBC

00.25 WIB
Minggu, 25 Maret 2023/Pekanbaru, Riau

Semoga sukaa
Jangan lupa dukungan kaliann ❤️😊
Terimakasih orang baik ❤️

On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang