35. Perpisahan Sekolah

598 67 13
                                    

Semoga sukaa 😊♥️
Typonya tandai yaa ♥️

Gimana kabarnya hari ini?
Semoga selalu ada keberuntungan dibalik kekurangan hari ini, yaa
Aamiin

HAPPY READING

***

Sejak awal ia mulai menyadari ketertarikannya pada lawan jenis, Alexa sadar ia tidak bisa melakukannya. Anak yatim piatu dan besar di panti, membuatnya memiliki rasa tidak percaya diri kalau ada yang suka atau menerima keadaannya. Maka dari itu, Alexa tidak pernah menganggap serius perasaanya pada beberapa laki-laki yang ia kagumi.

Ditambah saat ia kehilangan sang ayah, Alexa semakin tidak memikirkan apapun selain mencari uang untuk bekerja demi ibu dan adik-adiknya. Banting tulang, mengikhlaskan pendidikannya, hingga akhirnya bekerja tetap di Hi, Tart! Dengan gaji yang sudah cukup bagus.

Meskipun begitu, Alexa masih harus bekerja lebih keras, sebab tanggungannya sangat besar. Adik-adiknya yang masih kecil dan butuh biaya besar agar bisa melanjutkan pendidikan, membuatnya harus memutar otak agar uangnya terkumpul.

Hingga tiba-tiba, hanya dalam waktu beberapa bulan dengan kedekatannya dengan seorang bocah tampan, semuanya berubah.

Alexa tidak tahu, apakah pernyataan yang diberikan oleh Laiv padanya benar adanya atau pria matang tersebut hanya mengada. Tapi yang jelas, ia sangat terkejut ketika mendapati kalau Laiv mau dengan senang hati menanggung biaya pendidikan semua adik-adiknya.

Baiknya, jika Alexa menerima bantuan itu, satu tanggungannya berkurang. Namun dibalik itu, beban pikirannya bertambah.

Bagaimana tidak? Ia akan selalu beranggapan kalau bantuan yang diberikan Laiv sebuah hutang, dan hutang harusnya dibayar.

Alexa masih bisa berpikir jernih kalau ia tidak akan bisa membalas Laiv dengan menggunakan uang. Jikapun dirinya bekerja pagi-siang-malam-hingga pagi lagi, uang yang terkumpul tidak akan ada apa-apanya. Butuh puluhan tahun, atau bahkan seumur hidup. Atau tidak akan pernah bisa terbayar? Baiklah Alexa sadar akan batasannya.

Untungnya pembicaraan mereka kemarin berakhir setelah Jayden langsung menarik Alexa. Bocah tampan itu tiba-tiba ingin kue, tetapi bukan Roti Kopi yang biasa bocah itu makan, melainkan hanya kue biasa yang dipenuhi dengan cream dan buah strawberry kesukaannya.

"Kakak jadi kan, besok ikut denganku?" tanya Jayden disela mereka membuat adonan.

"Kemana?"

"Ke sekolahku. Melihat aku diatas panggung. Kemarin aku, Nenek, dan Kakek juga sudah membeli seragam."

"Oh, ya?"

Jayden mengangguk semangat. "He'em. Untuk Kakak juga ada."

Gerakan Alexa seketika terhenti, namun berbeda dengan darahnya yang terasa berdesir hebat dan jantungnya berdetak sangat keras dan cepat.

Alexa terdiam seribu bahasa lalu menatap Jayden dengan gerakan lambat. Jantungnya masih berdetak dengan cepat saat ia melihat mata bulat milik Jayden yang jernih dan sangat polos.

"Apakah Kakak bisa menggantikan ibuku yang tidak bisa hadir?"

Alexa tidak mengerti kenapa anak sekecil Jayden bisa berkata seperti ini sedangkan ia sama sekali tidak kekurangan kasih sayang dari keluarga ayahnya. Apakah tidak pernah merasakan sosok ibu memang begini akhirnya?

Kalau diingat-ingat, kisahnya dengan Jayden hampir mirip. Bedanya, Alexa memang kehilangan kedua orang tuanya, namun masih bisa merasakan kasih sayang lengkap dari kedua orang tua angkatnya. Sedangkan Jayden, anak itu memang tidak merasakan adanya sosok ibu, meskipun kasih sayang dari ayah, nenek, kakek, bahkan omnya sangat berlimpah.

On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang