33. Bukan Jayden

980 92 28
                                    

Maafkan typo 🙏🏻
Semoga sukaa ♥️

HAPPY READING ♥️

"Nak ..." Berta menggenggam tangan Alexa dengan lembut dan membawanya ke pangkuan seraya meremas pelan, sedangkan Alexa masih diam saking terkejutnya setelah mendengar jawaban dari sang ibu.

"Ibu sama sekali tidak mau mendesak kamu untuk menikah, tapi untuk Laiv, Ibu yakin kamu bisa dapat segalanya tanpa harus bekerja lebih keras dari ini." Berta lantas menunduk karena tiba-tiba air matanya menetes mengingat bagaimana Alexa yang sudah sangat berjuang demi kehidupan mereka. Demi dirinya dan adik-adiknya yang seharusnya ia-lah yang berjuang.

"Ibu minta maaf sama kamu, karena udah merenggut masa remaja yang harusnya kamu rasain. Kamu harusnya bisa ngerasain keluar sama teman-teman kamu, main bareng, lanjutkan sekolah, atau mungkin kamu bisa ngerasain jatuh cinta sama lawan jenis dan pacaran. Tapi karena keadaan Ibu dan keluarga kita yang penuh tekanan kamu memilih untuk bekerja. Sampai sekarang kamu sendiri bingung sama perasaan kamu. Kamu nggak tahu harus ambil keputusan apa sedangkan usia kamu udah cukup untuk bisa memutuskan hal-hal yang seperti ini."

"Bu ..."

"Alexa ..." Berta mengangkat pandangannya dan menatap Alexa dengan penuh air mata. Ia terisak pun dengan Alexa yang ternyata sudah menangis.

Berbeda dengan Ghani yang nampak terus menunduk, tetapi sebenarnya sedang menahan air mata yang rasanya juga mendesak untuk mengalir. Ia ingat betul dengan perjuangan kakaknya untuk mereka. Bekerja setelah pulang sekolah, meskipun saat itu ayah mereka masih ada. Tetapi Alexa yang tidak ingin merepotkan keluarganya berinisiatif untuk bekerja secara diam-diam dan hanya Ghani yang tahu. Apalagi sejak ayah mereka meninggal, Alexa seperti tidak mengenal kata lelah.

Sebab itu, Ghani juga mati-matian belajar demi mendapatkan beasiswa agar ibu dan kakaknya tidak memikirkan biaya pendidikannya. Hal ya.h juga ia tanamkan pada adik-adiknya yang lain agar bisa membantu Alexa walaupun tanpa bekerja. Salah satunya mendapatkan beasiswa sekolah.

"Ibu cuma mau kamu fokus sama diri kamu sekarang. Rasanya udah cukup kamu menanggung semuanya sendiri. Dan hadirnya Nak Laiv, ibu yakin dia adalah hadiah buat semua pengorbanan kamu selama ini."

"Tapi Ibu tau sendiri kalau bukan itu yang jadi pertimbangan aku."

"Tapi Nak Laiv tidak mungkin mau membiayai semua pendidikan anak-anak panti tanpa alasan. Dia bukan cuma butuh 'Ibu' buat anaknya, tapi juga butuh seorang 'Istri' untuk dirinya sendiri."

Mungkin benar, tetapi, "Bu, ini terlalu cepat. Nggak mungkin secepat inii," ucap Alexa sedikit kesal karena ia merasa kalau ibunya sedikit memaksanya untuk menerima Laiv.

"Tapi ini satu-satunya cara biar kamu bisa fokus buat kebahagiaan kamu, tanpa harus mikirin kami," terang Berta memberikan pengertian pada anaknya.

Namun hal itu justru diartikan lain oleh Alexa. Terlihat dari keningnya yang mengkerut dalam dan dadanya bergerak cepat karena menahan amarah. "Kalian bukan beban! Ibu pikir aku nggak bahagia jalani ini semua? Aku bahagia, Bu. Bahagia!" suara Alexa mulai meninggi yang membuat Berta dan Ghani seketika terkejut.

"Kak ..." Ghani berusaha menimpali namun tidak didengarkan Alexa. Perempuan itu sudah berdiri dan menatap ibu serta adiknya.

"Aku pikir Ibu tau kebahagian aku itu apa, tapi ternyata aku salah. Nggak ada satu pun dari kalian yang tau kebahagiaan aku itu apa." Alexa diam sejenak lalu mengirup oksigen yang tiba-tiba hilang disekitarnya. "Kalau gara-gara uang sekolah ini Ibu minta aku untuk Nerima Mas Laiv, aku akan hubungi Mas Laiv buat menarik kembali biaya yang udah dia kasih untuk sekolah mereka. Aku masih sanggup untuk biayain Ibu dan kalian semua tanpa harus ada ikut campur orang luar, aku masih punya tabungan." Hening sesaat sebelum Alexa kembali berujar, "aku akan menolak lamaran Mas Laiv."

On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang