"Putus? Lo yakin?"
Aku hanya tertawa kecil, entah apa yang mereka pikirkan setiap kali aku bercerita tentang kak Zio ke mereka. Tentu, sebagai senior sudah pasti aku menjaga image yang dia bangun, meski beberapa yang lain sudah tahu bagaimana dia sebenarnya.
Power point sudah berhasil kupelajari, begitu juga dengan Word dengan tumpukan makalah yang bisa kukerjakan. Tinggal editing, ternyata dia juga berkutat di dunia yang selama ini ingin sekali kupelajari.
"Kak Zio nggak ribet selalu ingat harus tekan CTRL+J atau CTRL lain gitu pas lagi ngedit?"
Aku bertanya di sela ia sedang mengerjakan sesuatu, ternyata desain yang digunakan dalam brosur atau pamflet selama ini hasil buatannya. Perlahan aku mulai tahu apa yang bisa dia lakukan, kenapa dia diandalkan meski beberapa dari mereka cukup enggan.
"Kak," panggilku setelah pertanyaan tadi ia jawab singkat.
"Hm?" Kak Zio tidak mengalihkan pandangan dari laptop.
"Besok katanya cover novel pertamaku rilis, tapi aku yakin hasilnya gak sesuai, deh."
"Kenapa?"
"Konsepnya jelas dan sederhana, tapi ngeliat beberapa cover yang lain sejauh ini bener-bener nggak sesuai ekpektasi."
"Tunggu aja besok, siapa tahu hasilnya bagus."
"Kalau nggak bagus, kak Zio mau bantuin aku?"
"Caranya?"
Dia menatapku, ini bukan kali pertama aku tahu caranya memikat orang lain. Ada kharisma yang menguar saat tatapan itu bertumbuk, aku tersenyum menunjukkan lesung pipi. Aku tahu kelemahannya, anggukan otomatis menjadi jawaban atas permintaanku.
Pagi tanpa matahari, aku sudah menduga hasil desain cover dari penerbit yang sangat di luar ekspektasi. Sudah ada gambaran sederhana yang kuminta tempo hari, tapi nyatanya desain itu seperti dipaksakan.
"Kok gini bentukannya?"
Aku hanya mengangkat bahu. "Nggak tahu, penerbitnya bilang dikasih 24 jam untuk konfirmasi tapi aku dari pertama lihat aja udah nggak cocok."
"Jadi, gimana?"
"Kak Zio, sibuk nggak?"
Hari itu, aku langsung mengabari penerbit untuk tidak mengambil desain darinya. Ada orang yang akan ikut berpikir denganku di sini, setidaknya dia bisa mendeskripsikan gambar yang aku mau. Beberapa contoh sudah dipertimbangkan, kak Zio akhirnya sibuk dengan cover novel yang aku mau.
"Gimana? Ada yang kurang?"
Setelah beberapa kali mengganti font, aku suka dengan hasil ini meski bukan original karena ada gambar yang dicomot dari google. Setidaknya ini jauh lebih sesuai deskripsi dibanding gambar paksaan penerbit.
"Udah, ini disimpan aja biar nanti aku kirim ke penerbit."
Kak Zio menjadikan beberapa file, aku menunggu sambil berterima kasih karena dia sudah membantu.
"Oh, iya. Nanti pasti ditanya, desain cover ini ditulis nama siapa?"
"Siapa lagi? Zio, dong."
"Hahaa ... Oke!"
Setelah usai, aku mengirim pesan pada penerbit beserta lampiran gambar untuk cover novel. Mungkin berantakan, tapi setidaknya ini karya pertama yang berhasil aku selesaikan. Setelah menunggu beberapa lama, novel ini akan menjadi sejarah pertama meski mungkin beberapa tahun ke depan isinya akan kukritik sendiri. Ya. Terlalu nekat karena menerbirkan buku sejak dini, aku tahu juga pasar tidak akan semudah itu menerima. Namun, tekad kuat tidak bisa dihilangkan, kesempatan tidak datang dua kali dan itu harus dimanfaatkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum dalam Rasa
Teen FictionBertemu dan terjebak bukanlah pilihan yg kurangkul, sebab selalu ada harap yg menyertai setiap langkah semakin rapat. ~ Arsyraina Bertemu lalu merindu, terasa sulit saat itu karena aku tak mudah melupakanmu. Meski pada sekian detik berikutnya, aku s...