Chapter 03.

1K 128 8
                                    

Happy Reading!

.

"Whatever the problem, I still love you all!"

.

Judul : MENGOBATI

.

Seseorang sedang memakai Earphone sambil sesekali bersenandung kecil. Rora melirik kearah tangga yang berada di lorong tersebut, ia sedang menunggu adiknya untuk pulang bersama.

Berminggu-minggu telah berlalu sejak hari pertama kali Rora menginjakkan kaki dirumah keluarga Kwon. Hubungan ia dan saudaranya yang lain terjalin tidak terlalu buruk. Yah, walau mereka masih sering canggung.

Tunggu, bagaimana dengan Asa? Jangan bertanya tentang perempuan itu. Kalimat terakhir yang ia lontarkan beberapa minggu yang lalu telah sukses menyakiti hati Rora.

'Akan ku berikan segala, asal kau tinggalkan keluarga ini!'

Rora menghela nafas pelan, ia terus terbayang-bayang kalimat itu. Kalimat yang seakan merobek hati dan menempatkan luka baru di dalam sana. Ia tidak akan pernah melupakan hinaan itu, tetapi ia tidak bisa menbenci Asa.

Sejujurnya Asa adalah panutannya, ia selalu menganggumi sosok kakaknya yang tegas dan selalu bisa mengambil keputusan dengan baik. Hanya satu yang ia tidak suka, perkataan yang keluar dari mulut Asa selalu tanpa di filter dan berhasil melukai perasaan orang lain.

Rora takut jika suatu saat mulutnya juga gemar berkata seperti itu. Ah, jangan sampai.

"Dor!"

"Astaga!"

Chiquita tiba-tiba muncul di belakang dan menepuk pundaknya keras. Adiknya itu hampir membuatnya jantungnya copot dari tepat asal.

Sebuah kerutan muncul di dahi Rora, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan agar tidak keluar kata-kata indah dari sana. "Duh, dek! Jangan kek gitu napa! Kak rora kaget lho." Ucap Rora memutar bola matanya malas sembari mengusap dadanya.

Adiknya terlihat tidak merasa bersalah, ia justru sempat tertawa.

"Aku nggak nyangka kak rora bisa sekaget itu." Ia baru sadar kalau sang kakak memang mudah kagetan.

"Ck, Makanya jangan di kagetin!"

"Yaudah maaf, kak rora nunggu lama ya?"

Rora tidak langsung menjawab pertanyaan itu, ia melihat sang adik dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemudian wajahnya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Nggak lama kok, dek. Tapi kenapa baru keluar kelas? Eunchae udah pulang dari tadi." Rora mengnyeritkan dahi bingung, pasalnya Chiquita dan Eunchae itu sekelas.

"A-ah tadi di panggil guru kak. Kak rora tau kan bentar lagi Chiquita ada lomba basket? Nah karna itu telat."

Rora mengangguk pelan, ia mengelus surai adiknya dengan lembut lalu menyisihkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya di belakang telinga. Chiquita selalu suka dengan perlakuan lembut yang Rora berikan.

Tatapan matanya membeku saat menyadari adiknya sedang di banjiri oleh keringat, wajah dan bibirnya tampak pucat.

Rora segera menggandeng tangan adiknya untuk pergi. "Yuk, pulang. Kak Ruka udah nunggu di mobil."

"Iya kak. Urk!" Langkah kaki Rora terhenti saat mendengar suara kesakitan itu. Rora sudah menduga ada yang tidak beres, ia menyibak lengan baju adiknya dan melihat beberapa luka lebam disana. Rora meringis, luka-luka itu tampak sangat sakit.

HOPE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang