Happy Reading!
.
"Whatever the problem, I still love you all!"
.
Judul : KEKHAWATIRAN
.
Perasaannya terasa sangat hampa, Rora duduk merenung di tangga. Pikirannya kacau sekali, hanya terlintas beribu kata maaf di dalam hati.
Ia gagal sebagai seorang kakak, saudara macam apa dia yang tidak bisa menyelamatkan adiknya sendiri. Tentu ini semua adalah kesalahannya, tapi ia tidak boleh bersedih atau pun menangis. Mencoba tetap kuat untuk sang adik, ia harus bisa tersenyum bahagia tepat saat Chiquita membuka matanya.
Dokter berkata semua lukanya sudah diobati, hanya tinggal menunggu waktu sampai sang adik kembali terbangun. Jadi Rora berusaha untuk tetap sabar, walaupun malam ini terasa begitu menyesakkan untuknya.
Rora terperanjak kaget saat sesuatu yang dingin menyapa pipinya. Melirik kedatangan salah satu kakaknya, sang kakak duduk di dekatnya.
"Kalo nggak mau makan, paling tidak minumlah." Asa memberikan sebotol air minum padanya.
Rora sempat ragu, tapi ia tetap menerimanya, "Makasih kak." Sebuah senyum merekah indah.
Asa berdehem, ia mengalihkan pandangannya dari wajah Rora. Senyum manis sang adik membuatnya gelagapan. "M-makasih ya udah nyalametin adek, kalo nggak ada kamu pasti kondisinya bakalan lebih buruk lagi."
Sebuah tawa singkat keluar dari ujung bibir, Rora memperhatikan wajah Asa. "Nggak masalah kak, lagian kakak mana yang nggak langsung menolong adeknya waktu kondisi seperti itu. Aku cuma berharap adek nggak kenapa-napa."
Asa menyetujui, ingin ia mengusap rambut Rora tetapi sang empunya tiba-tiba menjauh.
Hawa canggung mulai menyelimuti, keheningan itu membuat mereka berdua tidak enak hati satu sama lain.
Asa menyadarinya, Rora takut padanya. Mungkin sang adik telah trauma akan tamparannya yang dulu. Dan ia merasa sedikit menyesalinya, benar, hanya sedikit.
Telapak tangan Asa kembali terlipat, ia mengurungkan niatnya. Asa mencoba berdiri kembali dengan tegak, tersenyum sekilas menatap sang adik.
"Kamu pulang aja, biar Aku sama kak Ruka yang menemani adek." Asa mengerti Rora butuh istirahat, sekarang sudah larut malam dan adiknya ini pasti sangat letih.
Gelengan kepala dari Rora membuat tatapan Asa berubah menjadi kesal, "Aku nggak papa kok, kak. Aku mau disini terus menemani adek."
"Nggak boleh Rora, kamu harus pulang. Baru besok kesini lagi."
"Kak Asa, kumohon. Boleh, ya?"
Rora menyatukan kedua tangan dan memohon dengan muka yang memelas. Asa berhasil dibuat luluh, ia menarik tangan sang adik erat dalam genggamannya.
"Yaudah boleh, tapi kamu makan ya? Nanti kak Ruka marah kalo kamu nggak makan."
Rora juga ikut mengalah, asalkan di bolehkan menemani sang adik kesayangannya.
"Iya kak."
Asa tersenyum, mereka segera pergi dari sana untuk mencari makanan.
Sedangkan di sebuat ruangan, seorang perempuan terlihat terbaring tidak berdaya. Beberapa perban menghiasi tubuhnya.
"Kak Ruka? Aku sama yang lain pulang dulu ya? Kakak nggak papa kan disini sendirian?" Tanya Pharita, sejujurnya ia tidak ingin meninggalkan sang adik kecilnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE [BM]
Fanfiction"Whatever the problem, I still love you all!" -Rora Pengelihatan aneh yang selalu mengawasi dan sosok yang selalu menemani. Babymonster Story ✅️COMPLETED✅️