Chapter 30.

1.2K 140 92
                                    

Happy Reading!

.

"Whatever the problem, I still love you all!"

.

Judul : HANCUR

.

DOR!!

Dentuman suara keras itu membuat seluruh anggota tubuh Rami mengenjang, terlebih ketika menyasikkan pemandangan yang berada di depannya kini.

Rora segera mendorong tubuh sang adik untuk menepi, alhasil sebuah peluruh melubangi dan memberikan luka pada lengan kirinya.

"Kakak!" Chiquita segera mendekat menompang tubuh sang kakak yang terjatuh dari atas kursi roda.

"Kamu nggak papa kan dek?"

Chiquita tak sanggup lagi, sepatah kata tidak ada yang keluar dari dalam mulutnya. Air matanya menetes membasahi pipi sang kakak, Rora mengusap sisanya dengan lembut pada wajah sang adik.

"Jangan pergi..." Pintanya, benar-benar sepenuh hati kecil yang menangis.

Rora tersenyum tipis, seluruh tenaga ia gunakan untuk menahan sakit di lengannya. Bahkan berusaha membuka mata yang terasa berat untuk dilakukan.

"Nggak kok, kakak nggak akan pergi. Kakak akan tetap disini sama kamu dan yang lainnya."

Chiquita menenggelamkan wajah pada sang kakak, isakan kecilnya menjadi teriakan tangisan pilu yang memenuhi seisi ruangan.

"Kakak udah berjanji, jadi harus ditepati."

Rora memandang atas, tatapannya menyimpan sebuah kelegaan yang kosong. Ia telah mengetahui apa rancangan sebenar dari Hyein, kini semua sudah cukup baginya.

Jadi, bisakah ia pergi? Biarlah yang tertinggal menjadi sebatas kenangan saja.

Rora mengangkat lengannya yang terluka dengan susah payah menahan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya. Ia mengusap lembut rambut sang adik dan mendekap tubuh yang berada diatasnya sekarang.

Rami menoleh penuh terkejut atas tindakan kriminal yang baru saja dilakukan dengan gampangnya oleh sang ibu.

"Kenapa mama tega melakukannya? Kenapa?!"

Rami berdecik sebal, menghiraukan wajah penuh prihatin Hyein yang sedang menatapnya. Ia muak, Rami hanya ingin menghampiri kedua adiknya saja tanpa menunggu jawaban dari sang ibu.

"Rami, tunggu dulu."

Langkah kakinya terhenti mendengar panggilan dari Hyein. Tersenyum lembut penuh akan kehangatan pada anaknya, Hyein meletakan senapan itu pada samping dahinya sendiri.

Rami membulatkan mata. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi? Dasar wanita gila."

"Maaf sayang, sampaikan ini pada saudarimu yang lain. Mama sungguh menyayangi kalian semua,"

Rami menyela. "Bagaimana dengan Rora?"

" ...dia pengecualian."

Dengan mata tertutup, pelatuk yang ditekan penuh gemetar kembali Hyein lepaskan.

DOR!!

Tubuh sang ibu tumbang dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya. Rami kehilangan seluruh kemampuan untuk bernafas, sesuatu seolah mencekiknya ketika melihat pemandangan mengerikan itu.

Brak!

"Apa yang terjadi?!"

Ruka membuka paksa pintu tersebut, ia Ahyeon dan Pharita yang sudah sadarkan diri segera menuju ke lantai atas setelah mendengar bunyi tembakan yang mengganggu seluruh orang di dalam Mansion.

HOPE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang