Happy Reading!
.
"Whatever the problem, I still love you all!"
.
Judul : RETAKAN
.
"Rora, kamu beneran nggak papa?"
Asa bertanya dengan lirih. Meliputi semua yang terjadi pada mereka selama ini, ia harus sering menanyakan hal itu pada sang adik.
Setelah puas memandangi kakinya, Rora beralih menatap sayu sang kakak. Menyunggingkan sebuah senyuman manis kembali.
"Kakak sudah menanyakan itu lebih dari sepuluh kali, dan aku menjawab dengan jawaban yang sama juga. Kenapa? Kakak nggak percaya sama yang ku katakan?"
"Nggak, sama sekali."
Ucapan itu keluar dengan sepontan, benar yang sang adik katakan, ia masih belum bisa mempercayainya.
Semua sudah jelas, Adiknya ini pasti sedang sangat kesakitan. Dan hal yang paling Asa tidak sukai ialah sebuah kebohongan.
"Apa yang kamu butuhkan, Rora? Katakan saja, kakak akan berikan apapun."
Sepanjang rasa gusar ini, Asa teramat membenci ketidaktahuannya mengenai berbagai hal tentang sang adik.
Begitu kosong hatinya ketika menyadari bahwa ia sendiri telah menempatkan Rora sebagai salah satu prioritas utama dalam hidupnya.
Rora tidak kunjung menjawab, lebih memilih terus menampilkan senyumannya. Ia mengusap dengan lembut telapak tangan sang kakak.
"Ada sesuatu yang kubutuhkan, tapi bukan untuk sekarang."
Asa membesarkan nyali, menatap serius mata sang adik yang memberat seolah ingin menyampaikan sesuatu hal yang terpendam lama padanya.
"Katakan sekarang, akan kuberikan saat waktunya tiba nanti."
Seolah tertebak, Rora menggelengkan kepala perlahan setelah Asa berucap dengan anjungan janji yang begitu menyakinkan.
"Maaf, akan kuberi tahu saat waktunya tiba nanti."
Asa tertegun dalam posisi kaku menetapkan pandangan pada sang adik, tidak mampu menahan setiap rasa lara yang seakan sedang membelenggu hatinya.
"Kamu... ah, sudah lupakan."
Asa bangkit berdiri dengan cepat, mengipasi sendiri matanya yang larut tampak ingin berair. Suasana akan buruk jika ia menangis sekarang.
Rora tersenyum lembut, menepuk-nepuk bagian kosong di sebelahnya. "Mau tidur bersama malam ini?"
Menyamakan senyuman manisnya dengan sang adik, ia terduduk di bawah membuat Rora bertanya-tanya. Bukan itu yang ia maksud.
"Kak?"
"Maaf untuk perkataan ku kemarin, pasti sangat sakit bukan? Yah, aku paham. Tapi, aku tidak akan menyampaikannya terlalu dalam. Semua ku lakukan agar kamu bisa lebih memperhatikan perasaanmu sendiri."
Rora tentu terkejut dengan ungkapan sang kakak, memandang tak percaya dari atas.
"Tidak masalah jika kamu membenci ku setelah ini. Tapi kakak mohon Rora, jangan membodohi dirimu sendiri lagi. Itu sangat tidak pantas."
Tatapannya meredup di balik sirna seri rembulan, gemiring membawanya dalam perasaan sesak dan sakit yang fana. Rora tertawa dengan riang, menutup sempurna siratan sebenar di dalam hati, menyampaikannya keluar dalam bentuk yang berbanding terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE [BM]
Fiksi Penggemar"Whatever the problem, I still love you all!" -Rora Pengelihatan aneh yang selalu mengawasi dan sosok yang selalu menemani. Babymonster Story ✅️COMPLETED✅️