Chapter 22.

822 117 51
                                    

Happy Reading!

.

"Whatever the problem, I still love you all!"

.

Judul : PEMBOHONG

.

Terlepas berbagai kegiatan dan pekerjaan padat yang tengah ia jalani, Ruka tetap mampu menyisihkan waktu untuk selalu mengawasi para adiknya juga.

Memandang Asa yang sibuk fokus pada layar laptopnya, terbesit perasaan geram yang teramat mengganjal di hati pada adiknya yang satu ini.

Mengingatkannya pada akting Asa yang sangat patut di terima menjadi aktris, Ruka harus menyuruh sang adik untuk minta maaf pada Rora tidak peduli apapun alasannya nanti.

"Sa?"

"Hm?" Saurnya sama singkat.

"Minta maaf sana sama Rora. Kamu memang nggak kasihan sama dia?"

Asa berucap tanpa berpaling dari layar laptop miliknya. "Nanti dulu kak, biarin dia merenungi kesalahannya lebih lama lagi."

"Ck, iya. Merenung sampai jadi gila karna teringat kata-kata tidak bermoral mu itu."

Tidak ada jawaban setelahnya. Oke, Ruka kehilangan kesabaran. Padahal ia sudah menyampaikan sebuah sindiran, tapi tampaknya itu tidak berpengaruh bagi sang adik.

"Sa, dengerin kakak dulu."

"Hm."

Brak!

"Kak!"

Asa menjerit kaget oleh tindakan Ruka yang menutup layar laptopnya tanpa peringatan. Untung saja jari-jemari cantiknya tidak terjepit.

"Kak? Aku lagi ngerjain tugas, lho!"

Ruka menutup kedua telinganya dan menggelengkan kepala. "Lalala, kakak nggak dengar. Buruan minta maaf sana!"

"Huh, iya-iya."

Walau mengalah akan tetapi masih tersirat perasaan tidak terima di dalam hati. Asa menoleh sejenak dari ambang pintu.

"Pendek banyak maunya." Ucapnya selirih mungkin.

Tapi ajaib sekali hal itu langsung mendapat erlingan tajam dari Ruka.

"Kakak punya telinga dan mampu mendengar dengan jelas, Kwon Asa!"

Buru-buru ia berlari menjauh dan mengabaikan semua sumpah serapah yang sang kakak lempar.

"Kembali kesini! Kamu pikir siapa yang pernah menyuapi mu waktu masih balita, Hah?! Damn sister!"

Oh, tentu ia bukan adik yang durhaka, Asa hanya sedang menyampaikan segelintir fakta melalui mulutnya.

_____●_____

Menggebrak pintu kamar sang adik dan berakhir terbuka lebar, tidak peduli dengan dua sosok yang melongo menatap terkejut kedatangannya.

Asa mendekat pada Rora, lalu menyamakan sama tinggi pada sang adik yang sedang duduk di kursi roda.

"Ayo ikut kakak keluar, ada sesuatu yang mau aku omongin."

Rora hendak memberi jawaban tetapi Asa sepertinya tidak peduli. Ia tanpa permisi segera mendorong kursi roda Rora untuk keluar dari kamarnya.

"Kak Asa, kak Rora mau di bawa kemana? Aku ikut!"

Asa berteriak sebelum melangkah memasuki lift. "Nggak boleh, dek. Kamu di rumah saja."

HOPE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang