Chapter 20.

938 117 36
                                    

Happy Reading!

.

"Whatever the problem, I still love you all!"

.

Judul : TEGURAN

.

Cuaca yang mendukung keinginan baik hati Chiquita, sejak beberapa hari lalu salju tidak kunjung turun. Membuat sebuah inisiatif baru dalam diri untuk mengajak sang kakak berjalan-jalan di taman. Sebenarnya ia tidak tega dengan Rora yang hanya bisa memandangi keluar jendela tanpa mampu merasakan langsung sinar cerah cahaya matahari.

"Bagaimana kak? Kakak suka keluar kayak begini?"

Rora menghembuskan nafas lega, merasakan nikmat angin sepoi-sepoi di taman rumah sakit yang serasa menghidupkan kembali jiwa raganya.

"Iya, suka banget. Makasih, ya."

Chiquita tersenyum bahagia tidak karuan, ia suka setiap kali mendengar suara lembut sang kakak. "Sama-sama kak, apa sih yang nggak buat kakak tersayang ku."

Rora terkekeh pelan, memandang Pharita yang hanya diam dan sedang memperhatikan kursi rodanya.

Tentu kursi rodanya sudah canggih, Rora bisa menggerakannya sendiri dengan alat pengendali di samping.

"Kenapa, Ra? Ada yang sakit?" Tanya Pharita menyadari tatapan sang adik. Takut jika Rora merasa tidak nyaman karna baru pertama kali duduk di kursi roda.

Sebuah gelengan kepala segera ia tunjukkan sebelum kedua saudaranya khawatir dan salah paham.

"Aku nggak papa kok, kak. Cuma lagi mengagumi kecantikan kakak ku aja."

Pharita tertawa pelan. "Benarkah? Haha..."

Sepertinya sang adik telah tertular virus gombalan Ruka. Ia harus menjauhkan mereka berdua mulai dari sekarang, bahaya jika Rora terus menggodanya nanti. Ia tidak siap menerima begitu banyak godaan.

Tentu ada alasan lain di balik tatapan sebenarnya pada sang kakak. Rora bersyukur Pharita tidak menjauhinya selepas kejadian beberapa hari yang lalu.

Walau sempat adanya perselisihan tetapi akhirnya kedua belah pihak setuju untuk merahasikan semuanya. Ini hanya di antara mereka berdua.

"Kak? Kita berhenti dulu, ya."

Pharita mengangguk singkat, mereka berhenti di dekat air mancur dan menikmati pemandangan sekitar.

"Aduh, capek." Seru lemas Chiquita segera mendudukkan diri di bangku yang tersedia.

Pharita tersenyum tipis, "Kamu baru jalan bentar aja udah capek, yang kuat dikit lah." Chiqiuta segera bangkit berdiri.

Ia tidak terima dengan perkataan remeh sang kakak. Semua orang tahu bahwa ia merupakan adik bungsu yang kuat, sebelum pergi ia terlalu banyak makan tadi jadi sekarang energinya sedang masa pemulihan.

Bukan berarti dia gampang kelelahan.

"Ish, kak Rita. Orang yang selalu membolos waktu jam olahraga dulu mending diam deh."

Pharita melotot pada sang adik. Rora memejamkan matanya, si bungsu akan memulai pertengkaran ronde pertama.

"Apaan sih, dek? Kakak nggak pernah kayak gitu ya waktu sekolah dulu."

"Ah, beneran? Semua orang juga udah tahu kali, kak. Kakak nggak pernah olahraga karna nggak mau keringatan, kan?"

Chiquita memperagakan kalimatnya dengan centil. "Aduh, jangan sampai keringatan deh. Nanti kecantikan dan keanggunan ku yang bak tuan putri hilang."

HOPE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang