Chapter 15.

1K 134 62
                                    

Happy Reading!

.

"Whatever the problem, I still love you all!"

.

Judul : HUKUMAN

.

Ruka meletakan sebuah lembar kertas di tangannya ke atas meja. Tatapannya kini tertuju pada dua adiknya, ia kemudian melipat kedua tangan di dada.

Waktu terus berjalan dan hari padat dalam kerja begitu melelahkan, ia memutuskan untuk bersantai di belakang mansion dengan menikmati pemandangan taman yang indah dan kolam renang cantik di sana.

Tapi semua ketenangannya pupus saat kedua adiknya pulang dengan memberi kabar yang begitu memanaskan hati.

"Jadi kamu kena skors di sekolah, Rora?"

Ekspetasi nya pada sang adik menurun, berdecik kesal saat melihat wajah Rora yang tidak menunjukkan bantahan dalam mimiknya.

"Kenapa sih kamu sampai ribut segala? Mau malu-maluin keluarga kami?"

'Kami'? Kenapa tidak 'kita'? Sesuatu seolah mencubit hati mungil Rora, ia benar-benar tidak dianggap lagi oleh saudaranya.

Chiquita segera memotong ucapan Rora yang hendak menjawab. "Nggak gitu kak, kak Rora nggak bersalah. Tadi dia sedang di ganggu jadi-"

"Kakak nggak tanya sama kamu, dek. Kakak tanya sama Rora."

Keduanya tertegun enggan untuk menatap langsung mata sang kakak tertua.

"Maaf, kak. Aku kebawa emosi tadi."

Ruka menghela nafas kasar, memijat pelipisnya yang mulai terasa sakit. Bagaimana bisa sang adik malah menambah masalahnya? Apa yang harus ia katakan pada sang ibu nanti bahwa anak adopsi kesayangannya membuat masalah di sekolah.

Chiquita sangat tidak terima, ini bukan salah Rora dari segi apapun. "Kak-"

"Diam, dek!"

Sudah berapa kali ucapannya terpotong oleh sang kakak, Chiquita ingin membela tapi tidak berani berbicara saat bertatapan dengan mata tajam sang kakak.

Ruka sangat sensitif hari ini, pasti karna ia sangat kelelahan. Dan Rora tidak ingin merepotkan siapapun dalam urusan pribadinya.

"Berapa lama kamu di skors?" Suara serak membuat Rora meremas tangannya yang sudah lama berkeringat dingin.

"Satu minggu."

Helaan nafas kembali terdengar dengan kasar, Ruka menyandarkan dirinya di kursi.

"Jadi, kakak harus hukum kamu apa, Rora?"

Rora mengumpulkan seluruh keberanian untuk menatap sang kakak.

"Aku siap apapun itu kak, aku memang salah."

"Kak Rora!"

Rora mengusap punggung sang adik dengan lembut, berusaha menenangkan dengan seulas senyum manis andalannya.

"Nggak papa, dek. Nggak usah khawatir, kamu nggak ada hubungan apapun atas ini. Anggap saja ini kesalahan Kak Rora sepenuhnya."

Chiquita dan Ruka terdiam, Apakah Rora sepolos itu? Ia selalu bisa tersenyum dalam semua masalah yang sedang ia lalui. Dari mana perempuan itu mendapatkan mental yang begitu kuat? Rora terlalu positif hati menjalani kehidupannya yang berlika-liku masalah.

"Baiklah, seminggu ini kamu hanya boleh makan satu kali dalam sehari."

Keduanya terkejut mendengar hukuman yang tampak sudah tidak bisa di ganggu gugat. Ruka mendekat dan membisikan sesuatu pada telinga sang adik.

HOPE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang