43. Anak bermata merah

944 90 1
                                    


____
Untuk beberapa eps kedepan kita akan menggunakan sudut pandang dari Karakter Daniel Ernest seme kita tercinta
******

_____
Sejak dulu sekali aku selalu mimpi yang hampir sama.
Tentang seseorang yang wajahnya sama sekali tak ku ingat. Entah dia pria atau wanita, aku sama sekali tak mengingatnya.
Tapi 1 hal yang sangat ku ingat, dia memiliki senyuman yang sedikit tidak bisa dibilang biasa.
Di dalam mimpi yang berulang itu orang itu selalu mengganggu dan memberikan senyuman seperti mengejek.

Aku sering mencoba mengikutinya namun akhirnya aku terbangun karna pagi sudah menyinsing.
Seperti seorang mahasiswa seperti biasanya aku akan melakukan kegiatanku seperti biasanya.
Aku memiliki hobby membaca novel entah itu dalam bentuk buku atau melalui handpone.

Dan ada sebuah komik yang selalu ku tunggu setiap harinya.
Dia adalah karya dari seorang author yang tak di kenal, dia menulis novel dengan mengambil sudut pandang orang pertama. Dimana kita akan merasakan menjadi seorang tokoh didalam novel saat membaca novel itu.
"Padahal ketikannya sangat bagus, sayang sekali. Kenapa novel sebagus ini tidak di jadikan buku saja?"ucapku memandang handphoneku.
Untuk kesekian kalinya aku membaca novel buatan author ini, dia sering memasukan genre misteri, thailer dan horor dalam setiap novel yang da ketik.
Dan itu sangat luar biasa sampai sering membuatku merinding, "bagaimana bisa manusia membuat maha karya seperti ini?"ucapku terkejut.
"Apa ini?, sang teman protagonis yang selalu selalu bertingkah pecicilan dan sering membuat para pembaca kesal itu bunuh diri?"ucapku kebingungan.
Itu adalah novel Horor yang bercerita tentang petualangan tentang 5 anak SMA yang harus bertahan hidup ketika sebuah kiamat zombie terjadi.
Mereka melakukan perjalan demi menemukan sebuah tempat yang aman.
Dimana sifat sang protagonis pria yang begitu menjunjung tinggi keadilan serta baik hati dan sangat di cintai para pembaca.
Namun sebaliknya dengan dirinya (karakter yang di bahas) dia sering menentang protagonis dan sering terkesan egois di mata para pembaca.

Setelah kematian karakter pendukung itu, tidak ada hal berbeda yang terjadi. Novel berjalan seperti tidak ada masalah.
Seperti karakter yang bunuh diri itu hanyalah sebuah karakter sampingan yang tidak penting di dalam novel.
Para pembaca hanya berfokus kepada yang 2 protagonis, sehingga tidak memperdulikan karakter itu.

Hingga ketika novel sudah mulai di ambang finish.
Sebuah kebenaran terungkap, karakter npc yang selalu di benci oleh para pembaca ternyata adalah pahlawan di dalam bayangan yang sebenarnya.
Pria itu melindungi para protagonis dengan tulus, tingkahnya yang sangat sering menentang protagonis pria pada awalnya hanya demi protagonis itu sendiri.
Secara diam diam pria itu melakukan semua tugas sang protagonis, tapi pujian akan terus mengalir kepada sang protagonis karna sifat manusia yang begitu mudah menyukai dan membenci orang hanya karna pandangan sekejap.

Meskipun author tidak menampakkan kebenaran itu dengan terang-terangan, para pembaca yang peka akan segera tahu.
Kalau karna karakter npc inilah setiap jalan yang di tempuh oleh protagonis selalu aman tanpa ada zombie.
Disaat para yang lain terlelap karakter npc yang dibenci itu mulai berjaga sembari berpatroli untuk memastikan keamanan untuk orang yang disebut teman sekelas itu.

Aku bisa menangkap kebenaran, kalau dia hanyalah seorang pria yang tak mampu mengandalkan orang lain.
Perlahan demi perlahan kebenaran demi kebenaran,masa lalu dan banyak hal tentang karakter itu mulai muncul di permukaan.

"Emhhhhhh..... Aku masih ingin mengetahui tentang masa lalu karakter itu"ucapku yang menggenggam tanganku.
Aku duduk di sebuah kursi taman sembari memegang handphoneku.

Srrt
Terlihat seorang pria yang memakai hodie menutupi seluruh tubuhnya duduk di kursi lain.
"Anak itu.... Dia datang lagi"gumamku melihatnyAku tidak tahu mengapa aku begitu tertarik dengannya, mungkin karna aku menganggapnya aneh.
Sebuah bagaimana bisa dia memakai hodie dan celana panjang tebal di tengah hari saat musim panas ketika matahari mencapai 39°.
Anak itu selalu duduk disana sembari melukis.
Setiap kali aku melihatnya aku hanya melihat dia melukis disana.
"Hei apa kau mau?"tanyaku memberikan sebuah kantung berisi es krim.
"Te-terima kasih"ucap pria itu dengan wajah menunduk dan meraih kantung plastik itu dariku.
Perlahan tangannya terjulur dan aku melihat kulit yang kebiruan dan perban.
"Apa dia terluka?"
"Tapi itu bukan urusanku juga"

Aku lebih memilih untuk tidak menggubris sebuah hal yang suatu hari nanti akan membuatku repot.
"Apa kau suka melukis?"ucapku tanpa sadar
"Sial, apa yang ku lakukan?!"

Anak itu perlahan mengangguk dan melihat kearaku danfokus kepada kanvasnya.
"Begitukah"ucapku.
"Ya, karna aku bisa membuat banyak warna hanya dengan mencampurkan 2 warna cat yang berbeda"ucapnya tiba tiba.

"Dia bicara?!" Suaranya terdengar lembut, tapi di lain sisi suara itu juga terdengar tegas.
"Begituka, itu hebat"ucapku tertawa.
Pada akhirnya aku menyesali keputusanku
Seharusnya aku tidak berhubungan dengan anak itu.

"Dia tidak datang hari ini"ucapku duduk di kursi taman biasa sembari memegang kantung plastik berisikan es krim.
Seharusnya aku tidak perna berhubungan dengannya.

Hari itu sudah beberapa hari sejak pertemuanku dengan anak itu.
Musim panas sudah menjadi musim hujan.
Aku melewati taman yang biasa anak itu datangi.
"Ada apa denganku?, kenapa aku mencarinya lagi?"tanyaku sembari memegang peyung di tanganku.
Namun mataku tertuju kepada seorang pria yang berdiri di tenga hujan.
Dia memakai hodie yang tak asing dengan tas berwarna merah hati usang dan robek itu.
Wajah pria itu di penuhi memar dan beberapa tempelan perban.
Dia membuka mulutnya, membiarkan air hujan masuk kedalam mulutnya.
Aku sedikit ragu tapi aku akhirnya mendekat.
Srrrt
"Jika kau berdiri disini kau akan sakit"ucapku perlahan memayungi anak itu, dia memiliki mata merah Semerah permata Ruby.
Begitu indah dan mengkilap.

"Tuan"ucap pria itu membuka suaranya.
Dan aku langsung mengenali suara pria itu.
"Untung aku berhenti!"
"Apa yang kau lakukan kesini?"tanyaku.
"Makan siang"ucapnya tersenyum.
Dia tersenyum begitu lembut tapi aku bisa merasakan kesedihan di senyuman itu.
Senyumannya mengingatkanku kepada karakter npc yang perna kubaca di sebuah novel.
"Apa kau mau ikut?, aku memiliki beberapa sisa makanan semalam"ucapku
Mata merah itu perlahan melebar.
____
Sebuah rumah bertingkat 1 yang cukup besar.
"Aku membawanya kerumah!"
"Tuan"suara anak itu terdengar.
"Aku akan memanaskan makanan sebentar kau pergila ke kamar mandi untuk mandi sebentar"ucapku tersenyum.
"Aku mengerti"ucap anak itu mengangguk

"Sialan apa yang ku lakukan?"ucapku yang sadar.
"Bagaimana bisa aku membawa seorang boca SMA kerumah ku?, bagaimana jika aku di tuduh sebagai seorang penculik anak dibawah umur?"ucapku memanaskan beberapa sayur.
"Tunggu, apa aku sudah menyiapkan peralatan mandi?"tanyaku berfikir.
Trrrt
Aku mematikan kompor.
"Nak, aku lupa memberikan sampo untukmu"ucapku membuka kamar mandi.
Dan aku melihat seorang pria yang sedang telanjang tepat di hadapanku.
"Maafkan aku"ucapku segera berpaling.
"Sejujurnya aku tidak masalah tidak memakai sampo"ucap anak itu.
"Apa maksudnya itu?, kau bisa sakit kalau tak membersihkan tubuhku"ucapku menatap anak itu.

Tapi perlahan mataku berpindah tujuan.
Mataku seketika melebar.
"Aku sudah menaru pakaian ganti didepan pintu, setelah selesai kau bisa langsung ke dapur untuk makan"ucapku tersenyum
"Emh terima kasih tuan"ucap anak itu kepadaku.
Aku berjalan cepat kembali ke dapur.
Aku menggenggam sendok kayu itu.
Kulit yang pucat, dan bekas luka dimana mana.

Memar yang menghitam,
"Sebenarnya siapa yang melakukan itu?"ucapku dengan luapan emosi.
"Sialaan!"
Seharusnya aku tidak berhubungan dengan anak itu sejak awal.
Jika aku tidak berhubungan dengan anak itu, aku pasti tidak akan menjadi seperti ini....!

Anak itu makan dengan begitu lahap dan banyak, dia terbalut dalam pakaian adikku yang sudah SMA.
Aku tidak menyangka pakaian adikku saat SMP bisa muat untuknya.
Jika di perhatikan tubuhnya memang sangat kecil dan kurus.
Dia memegang handpone yang layarnya sudah retak itu.
"Apa yang kau lihat?"tanyaku pada anak itu.
Dan aku melihat sebuah tampilan note, dia sedang mengetik sesuatu.

"Akubsedang menulis novel"ucap anak itu .
"Begitukah, selain melukis kau juga tertarik dengan membuat novel"ucapku tersenyum.
"Aku hanya ingin mencari uang tambahan dengan menulis beberapa cerita"ucapnya yang terus mengetik.
"Coba biar ku lihat"ucapku mendekat.
Aku membaca beberapa paragraf dari novel itu.
Sudut pandang, kata kata, latar tempat di novel begitu asih untukku.
Lau aku melihat nama karakter dari novel itu.
Ternyata benar ....
Novel genre kiamat zombie yang sudah kubaca berulang-ulang.
"Ternyata dia penulisnya"

menyelesaikan misi malah dapat suami (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang