GalAle : 49

104K 5.3K 799
                                    

🤎🖤

Vote and Komen
---

Happy reading ✨

♡ ♡ ♡

___

Sore ini Agnes sedang duduk termenung di teras rumahnya, ia menatap langit. Langit biru dengan pasangannya awan itu sangatlah indah dan menenangkan hati.

Aldebaran yang melihat anaknya sedang sendirian tersebut membuat ia menghampirinya.

"Agnes," panggilnya.

Agnes pun menoleh menatap Daddynya itu, ia tidak menjawab Agnes mengabaikannya ia memilih kembali menatap langit yang biru.

"Daddy boleh duduk?"

Sekalian lagi Agnes tidak menjawab gadis itu hanya mengangguk pelan saja untuk mengiyakan.

Aldebaran pun tersenyum menatap putrinya lalu ia duduk di samping Agnes.

"Sudah lama kita tidak duduk bersama seperti ini," celetuk Aldebaran membuka obrolan.

"Daddy kan sibuk," jawab Agnes  dengan dingin.

Hati Aldebaran sedikit tergores dengan jawaban dingin Agnes, memang ini adalah salahnya sendiri, ia sering mengabaikan Agnes saat istrinya— ibu Agnes, meninggal karena ia tidak bisa menatap wajah Agnes yang sedikit mirip dengan almarhum istrinya.

Saat Agnes menginjak sekolah menengah pertama ia meninggal Agnes selama tiga tahun lamanya untuk menghindari Agnes.

Ini semua kesalahannya. Aldebaran merindukan putri kecilnya yang dulu selalu bermanja-manja kepadanya, andai waktu bisa berputar ia ingin melihat pertumbuhan Agnes dengan mata kepalanya sendiri.

Namun ini belum akhir, Aldebaran masih bisa memperbaiki hubungannya dengan Agnes putrinya itu. Lelaki paruh baya itu menatap Agnes dengan sedikit sendu.

"Oh.. iya, sebentar lagi hari ulang tahun kamu, Agnes mau apa dari Daddy, Daddy akan menuruti semua permintaanmu," ucap Aldebaran kepada putrinya itu.

Agnes terdiam sebentar, menuruti semua permintaannya?

Agnes menoleh kepada Daddynya itu, "kalo Agnes minta Daddy cerai'in tante Monica, gimana?" Tanya Agnes, dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa harus itu?" Aldebaran sedikit tidak percaya dengan permintaan yang diberikan Agnes untuknya

"Kalau tidak bisa, tidak papa," Agnes kembali menatap kearah depan.

"Mas Al... Agnes... Disini rupanya, aku udah nyariin kemana-mana, kalian sedang melakukan apa?" Monica datang dengan santai menatap Agnes dengan Aldebaran bersama.

Agnes menatap malas wanita tersebut, ia tidak memperbldulikan pertanyaan yang di katakan oleh Monica, ia memilih berdiri dari duduknya pergi meninggalkan kedua orang tua itu.

Melihat Agnes meninggalkannya membuat Monica menjadi murung, ia menunjukkan wajah sedihnya kepada Aldebaran, walaupun sebenarnya didalam hati ia sangat geram dengan kelakuan Agnes yang semakin hari semakin melawan perintahnya.

 ARGALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang