07. Tawaran

58.6K 7K 3.8K
                                    

07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07. Tawaran

Manusia itu adalah makhluk yang penuh dengan hawa nafsu. Segala sifat yang tercipta dalam diri mereka ialah berlandaskan dengan nafsu.

Nafsu yang membuat mereka kelaparan.

Nafsu yang membuat mereka tamak.

Nafsu yang membuat mereka haus, haus akan ilmu, haus akan kekayaan, dan juga haus akan persetubuhan.

Lembayung

***

🥂 3.3k comments and 3.3k votes for next 🥂

***

Pastinya dari kalian sudah menanti-nanti kejadian berikutnya setelah dialog mengejutkan yang terlontar dari bibir sang putra berkuasa dari Admoejo itu. Dan selamat terbangun dari mimpi kepada kalian yang menantikan perilaku manis dari duda satu ini setelah dialog yang katanya ajakan kencan itu, karena ayolah, yang saat ini kita bicarakan itu Dewandaru.

Sekali lagi, ini Dewandaru. Sang generasi penerus. Sang putra pertama yang kehilangan tahta, tapi sikapnya bisa melampaui yang bertahta. Satu-satunya orang yang bahkan jika menentang Admoejo pun pasti akan dapat pengampunan, karena menjadikan Dewan sebagai seorang musuh bukan suatu hal yang masuk akal.

Kemudian berikutnya yang terjadi setelah dialog tersebut ialah saat ini, dimana Dewan duduk di sisi meja panjang yang terletak pada salah satu area lantai tersebut, dengan Maha yang baru saja kembali dari dapur dengan membawakan secangkir kopi untuk Dewan.

Dewan memerhatikan pergerakan Maha kala itu, bagaimana perempuan itu menaruh secangkir tersebut dengan teliti di hadapannya. Kemudian dengan gaya duduknya yang angkuh, ia mulai menikmati suguhan tersebut. Cukup lama itu berlangsung sebelum akhirnya Dewan menoleh juga ke arah Maha yang masih berdiri di sebelahnya, "Kenapa diam? Duduk!" titah pria itu.

Maha menurut, ia kemudian menarik kursi yang terletak di hadapan Dewan, membuat tatapan keduanya akhirnya bertemu. Kali ini Maha bisa melihat dengan jelas bagaimana posisi duduk pria yang tadi sempat menembaknya itu. Ia duduk dengan kaki yang terbuka, dan bersandar pada punggung kursi. Bahkan hanya dari posisinya saja, aura mengintimidasi Dewan sudah terasa begitu jelas.

"Saya tidak akan ulangi perkataan saya." Dewan akhirnya membuka suara. "Tadi itu sudah cukup jelas, saya sudah tawarkan ajakan seperti yang biasanya dilakukan oleh anak muda jaman sekarang. So all you can do now just say yes and be my girl, that's it." Pria itu bicara sembari kembali mengangkat cangkir kopinya, "By the way, I like your coffee, jadi mulai hari ini kamu bisa kerja di lantai ini," putus Dewan.

LembayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang