04. Hukuman
Terlahir di dunia ini bagaikan hukuman bagi sebagian orang. Tidak semua orang hidupnya dipenuhi kebahagiaan, jadi jangan heran jika ada beberapa dari mereka yang seperti tidak punya batasan, sebab sejak awal semuanya sudah terasa berat. Sejak awal semuanya sudah sangat memuakan.
Lembayung
***
🥂 2k comments and 3k votes for next 🥂
***
Raden Dewandaru Adji Admoejo.
Itu adalah penggalan nama yang akan berhasil membuat siapa saja apalagi pekerja di rumah utama bergidik ngeri. Rumor yang beredar mengenai pria bernama Dewandaru itu bukanlah sekedar rumor. Pria itu memang sangat-sangat ditakuti dimana pun ia berada, apalagi di rumah utama—kawasan yang sepenuhnya berada di kendalinya.
Kemana pun langkahnya berpijak, Dewan selalu dilapisi oleh coat hitam yang menyimpan beragam senjata di baliknya. Bahkan banyak yang bilang kalau Dewan juga selalu mengenakan rompi anti peluru di balik kemejanya, yang membuat tubuhnya terlihat dua kali lipat lebih besar—saking berbahayanya nyawanya itu lantaran memiliki banyak musuh. Belum lagi tiap berpergian ke luar, pria itu selalu punya deretan pengawal yang tentunya tak kalah menyeramkan, seolah Dewan sengaja memilih mereka yang berperawakan paling mematikan untuk bersanding dengannya.
Sungguhan, aura Dewan itu sangat berbeda jika dibandingkan dengan saudara-saudara yang lain. Dia seolah punya jalannya sendiri di tengah Admoejo yang lebih menjunjung adab dan sopan santun. Dan hal tersebutlah yang menjadikan Dewan sering kali mendapat teguran keras oleh tetua di sana. Mereka kurang suka bagaimana cara Dewan mewakilkan nama Admoejo dengan citra yang mengerikan. Katanya itu mencemarkan nama Admoejo, tapi bagi Dewan justru sebaliknya, keberadaan dirinya yang seperti inilah yang berhasil mempertahankan nama Admoejo.
Karena rasa takut itu dibutuhkan untuk membuat para bajingan tunduk. Dan Dewan ada di Admoejo untuk mewakili itu, menjadi aura paling gelap sehingga membuat orang-orang berpikir dua kali untuk berlaku seenaknya pada Admoejo.
Admoejo membutuhkan itu, dan kejadian kali ini buktinya. Lihat saja, Dewan baru pergi sebentar, tapi lintah-lintah seperti perempuan di depan ini sudah mulai menggerayangi keluarganya.
Ah, bedanya lintah satu ini sedikit menarik. Cara dia menatap Dewan tadi, sama sekali tidak merasa bersalah. Hanya sebentar saja perempuan itu ketakutan, selanjutnya biasa saja.
"Why are you still there? Come here, give me back mine." Suara Dewan akhirnya memecah keheningan.
Maha tidak banyak berpikir. Perempuan itu mengangkat kepalanya, membuat tatapannya kembali bertemu dengan pria di depan, sebelum akhirnya berjalan mendekat. Tanpa pikir panjang lagi Maha menyerahkan jam tangan milik Dewan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung
RomanceMaha menjual dirinya kepada putra tertua keluarga Admoejo. Mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan kondisi perempuan tersebut saat ini. Setelah bisnis rintisan keluarganya masuk dalam fase menuju kebangkrutan, Maha tidak memiliki...