19. Jatuh Bangun
Tidak ada yang mudah di hidup ini.
Setidaknya itu yang aku rasakan selama ini. Terkadang mati rasa cukup membantu, menyelamatkan diri dalam bengisnya dunia, juga penghuni di dalamnya.
Lembayung
***
🥂 10k comments and 6k votes for next 🥂
***
Baca fake chat part 28 dulu di instagram nonamerahmudaa ya!
***
"You look so tired."
Secangkir kopi hangat disodorkan oleh Caturangga tepat kepada Maha, lalu ia menarik kursi di hadapan perempuan tersebut. Seperti biasa penampilan Caturangga tak pernah berubah, dengan rambutnya yang acak-acakan, pakaian yang terlihat begitu nyaman, lengkap dengan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya.
"You know, there is a lot to prepare." Maha menyodorkan ipad miliknya kepada Caturangga, kemudian menerima cangkir tersebut dengan kedua tangannya. Berusaha untuk menghangatkan diri akibat tadi hampir satu jam lebih menunggu kedatangan Caturangga di depan pintu utama.
Sebagai informasi tambahan, Maha memang sudah sepenuhnya bukan lagi pelayan di rumah Admoejo —keputusan yang dia ambil dengan berat hati meski telah memikirkannya matang-matang. Makanya tadi begitu Maha datang dan Caturangga masih ada urusan di luar, ia tak diperkenankan untuk masuk ke dalam, sekalipun Caturangga sudah memberikan izinnya. Tentu itu bukan hal yang mengagetkan bagi Maha, mengingat seluruh sudut rumah tersebut merupakan daerah kekuasaan sang putra pertama. Ada ataupun tidak pria itu di sana, peraturan yang ia sematkan untuk keamanan rumah utama akan selalu berjalan dan tidak bisa dilanggar, karena anak buahnya berada hampir di seluruh bagian dari rumah Admoejo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung
RomanceMaha menjual dirinya kepada putra tertua keluarga Admoejo. Mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan kondisi perempuan tersebut saat ini. Setelah bisnis rintisan keluarganya masuk dalam fase menuju kebangkrutan, Maha tidak memiliki...