28. Satu Langkah Terakhir

51.1K 8K 13.2K
                                    

28

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

28. Satu Langkah Terakhir

Begitu banyak langkah yang sudah dibuat, sampai aku hampir saja tak menyadari bahwa aku sudah sampai pada satu langkah terakhir.

Berharap kalau satu langkah ini akan mengantarkanku menuju ketenangan yang selalu aku dambakan sejak dulu.

Namun di tengah hal yang hampir bisa dicapai ini, ada sebuah pertanyaan yang tiba-tiba saja muncul di dalam benakku. Tentang pernikahan seperti apa yang nanti akan kita bangun?

Lembayung

***

🥂 12.5k comments and 7k votes for next 🥂

***

"Pstt ... pstt ... Sank!" Bak semprotan otomatis di ruangan, Agnita memanggil pria di sampingnya, lengkap dengan telapak tangan yang menutupi bibirnya.

Sankara masih pada posisinya, tetap terlihat tenang, meski tubuhnya sedikit dimiringkan ke arah istrinya.

"Itu yang dibilang kemarin? Maha Maha itu?" bisik Agnita pelan. "Beneran dia nikah sama Mas Dewan?"

"Iya, Tanisha." Sankara dengan pelan menjawab. Ia berusaha keras menanggapi mood menggosip istrinya, sembari menjaga wibawanya di acara tersebut. Walau bagaimana pun, ini merupakan acara perkenalan antara keluarga besar Admoejo dan Soebardjo, yang mana tentu akan ada selipan kerjasama bisnis di dalamnya.

Di tengah kegiatan gosip-gosip itu, Maha tanpa sengaja melirik ke arah yang sedang menggosipkannya. Di sana Agnita pun buru-buru ambil sikap duduk yang baik. Ia bahkan refleks mengulas senyumnya sembari melambaikan tangannya pelan, yang dijawab anggukan pelan oleh Maha. Satu hal yang terlintas di kepala Agnita saat itu, perempuan bernama Maha itu tampak begitu anggun!

Di detik itu pula Agnita merasa terketuk hatinya, alias bayangkan perempuan sekalem itu, harus menikah dengan seorang Admoejo? Dewandaru pula! Tentu sebagai wanita yang benar-benar menjunjung hak-hak para wanita, ia tidak bisa tinggal diam.

"Sank, kalau gue gagalin pernikahan kakak lo, kira-kira lo marah ngga?" Tanpa pikir panjang ucapan itu keluar dari bibir Agnita. Pelan, namun bisa mengacaukan posisi duduk Sankara yang tenang, menjadi menoleh, menatap istrinya was-was.

***

Maha tadinya berpikir bahwa langkahnya menuju ketenangan sudah dekat, terlebih setelah Dewan berkunjung ke rumahnya. Meski di sana ada sedikit gesekan, tetapi itu selesai dengan cepat. Dan yang terpenting adalah Dewan sudah tak lagi menatapnya dengan tajam. Bahkan pria itu pagi tadi membawa banyak sekali rombongan untuk menjemputnya dan keluarga, yang ternyata itu semua untuk pertemuan resmi antara Admoejo dan Soebardjo.

LembayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang