06. Tarik Menarik
Banyak yang bilang jika sekali tubuh sudah saling bersentuhan, mustahil bagi mereka untuk dipisahkan.
Karena di sanalah tempat bertemunya pengetahuan dan perasaan. Otak merekam, dan hati merasa. Sulit untuk menghapus tiap momen sesingkat apapun itu, membuat pikiran akan mengaung berkelana kemana-mana.
Bagaikan magnet dengan kutub yang berbeda, mereka yang telah menyatu akan terus tarik menarik antara satu dengan yang lainnya meski penyatuannya telah dilepas.
Lembayung
***
🥂 3k comments and 3k votes for next 🥂
***
Dewan benar-benar tidak bisa tidur semalam. Tentu itu sudah bisa ditebak. Bagaimana ia bisa tidur semalam setelah kegagalannya melepas penat? Ditambah lagi bayangan perempuan bernama Maha itu terus memenuhi kepala Dewan. Padahal tidak ada yang spesial dengan apa yang terjadi kemarin, hanya malam biasa yang dilalui oleh mereka yang sudah dewasa untuk melepas penat.
Ya, sialnya partnernya kali ini yang belum sepenuhnya dewasa, masih belum basah, dan terkutuknya Dewan menjadi orang pertama yang membasahinya.
"Gimana, Mas? Ada masalah apa?" Mahatma akhirnya membuka suara juga setelah lama pria di hadapannya itu hening. Bukannya apa-apa melainkan ia sudah buru-buru menghampiri Dewan menuju halaman depan begitu pria itu mengirimkan pesan. Tentu Mahatma menganggap ada hal genting yang sedang terjadi sehingga kakaknya meminta datang disaat jam masih menunjuk pukul 7 pagi.
Dewan menggeleng sembari menyodorkan kotak rokok yang baru saja dia buka.
"Aku pikir ada apa, Mas. Soalnya manggil pagi-pagi gini." Mahatma menerima rokok yang ditawarkan oleh Dewan.
"Nothing serious, just want to smoke and talk with you," jawab Dewan pada akhirnya setelah ia menghembuskan asap rokoknya.
Mahatma mengangguk. Pria itu memblokade angin yang menerpa dirinya dengan tubuhnya selama beberapa saat—setidaknya sampai rokok yang dia apit menyala juga.
"I have a friend, he accidentally had sex with a girl who was still a virgin." Dewan membuka percakapan.
Mahatma mengangguk, menyimak perkataan kakaknya itu. "Pacarnya?"
Dewan menggeleng, "Stranger, and she's still too young."
"Underage?" tanya Mahatma penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung
RomanceMaha menjual dirinya kepada putra tertua keluarga Admoejo. Mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan kondisi perempuan tersebut saat ini. Setelah bisnis rintisan keluarganya masuk dalam fase menuju kebangkrutan, Maha tidak memiliki...