01. Manusia Superior
Manusia itu berisik kalau sudah bicara soal kekurangan orang lain. Berisik kalau sudah bicara soal kelebihan diri sendiri. Namun hening jika bicara tentang kekurangannya sendiri dan cenderung dengki jika melihat kelebihan orang lain.
Manusia itu tempatnya membuat salah tapi akan kebakaran jenggot ketika yang lain berbuat salah. Mereka akan menghardik, menghakimi, mengomentari bahkan tiba-tiba menjadi yang paling ber-Tuhan, padahal sebelumnya ingat pun tidak.
Manusia memang begitu, mereka menggunakan kekurangan orang lain untuk mengangkat derajatnya. Mereka yang minim akan percaya diri, perlu menginjak kepala orang lain untuk mengangkat kepalanya sendiri.
Ya, manusia memang begitu, mereka merasa dirinya adalah si paling superior.
Lembayung
***
🥂 700 comments and 2k votes for next 🥂
***
"Gue denger dia berhenti kuliah, ya?" Suara itu terdengar kala Maha hendak pergi dari kelas terakhir yang dia hadiri.
"Iya, anak BEM tadi sempat liat dia ngajuin surat pengunduran diri. Sakit jiwa, kan? Di akhir semester gini, malah cabut."
"Tapi aneh ngga, sih? Bisnis keluarganya kan udah bangkrut dari awal dia ngampus. Inget banget gue waktu itu beritanya nyebar kemana-mana. Ya, gimana ngga nyebar orang itu aplikasi travel lumayan hype."
"Ya, makanya, dari awal gue ngga sreg sama dia. Mukanua itu loh, kaya orang yang ngga pernah menikmati hidup, nelangsah banget. Udah pasti ada kelainan atau gangguan mental lah, orang dari yang awalnya kaya raya mendadak bangkrut gitu. Di awal tuh, banyak yang pada wanti-wanti buat jauhin dia, gue pikir kayak ngapain sampai segitunya, kan? Eh, pas satu kelas ya ngerti kenapa, seriusan auranya itu bikin kelas jadi ngga enak."
"Dia tuh, apa ya? Udah jatuh miskin, tapi masih songong, masih ngerasa kampus ini bisa dia beli gitu. Seenaknya ngekritik dosen ini itu, gue jujur seneng sih, dia berhenti kuliah. Ngga betah gue liat orang kayak gitu."
***
"Jadi, lo fiks beneran berhenti kuliah?" Lagi-lagi pertanyaan itu ia dengar, namun kali ini tidak lewat gunjingan melainkan langsung melalui satu-satunya teman yang Maha kenal selama tiga tahun berkuliah di kampus bergengsi itu.
Maha mengangguk, "Iya, udah disetujui tadi," katanya.
"Seriusan? Ini kita bentar lagi tinggal magang sama skripsian loh, apa ngga sayang?" tanya Diana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung
RomanceMaha menjual dirinya kepada putra tertua keluarga Admoejo. Mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan kondisi perempuan tersebut saat ini. Setelah bisnis rintisan keluarganya masuk dalam fase menuju kebangkrutan, Maha tidak memiliki...