Alessia terbangun kembali sejak malam dirinya diculik oleh orang yang tidak dikenal. Dirinya bangun di tubuh perempuan yang lebih tua enambelas tahun dengan nama yang sama, Alessia. Alessia terbangun di tubuh istri seorang antagonis dan memiliki lim...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍵🍵🍵
Setelah menceritakan semuanya pada Elleon, Alessia merasa sangat lega. Dirinya masih takut kalau tiba-tiba akan menghilang. Tetapi benar apa yang dikatakan Elleon, merasa takut seperti itu hanya seperti seseorang yang takut akan kematian yang tidak tahu kapan akan datang tapi pasti akan datang.
Dirinya hanya harus berusaha hidup sebaik mungkin untuk tetap bahagia bersama Elleon dan putra-putranya.
Kemarin dirinya tidur sangat nyenyak, dirinya bahkan tidak sadar bahwa Elleon sudah terlebih dulu bangun dan meninggalkan kamar mereka.
Tok...tok...
"Sayang kau sudah bangun?"
"Aku baru saja bangun"
"Aku sudah memesan makanan, ayo sarapan."
Alessia turun dari kasur dan kepalanya sedikit pusing. Bagaimana tidak, dirinya telah menangis selama satu jam dan tidur terlalu lama dengan perut kosong. Dua alasan yang cukup untuk membuat dirinya pusing.
Namun bukannya membantu dengan tenang, Elleon justru membantunya berjalan dan kembali melontarkan kalimat yang membuat Alessia ragu tentang bagaimana bisa dirinya jatuh cinta kepada pria seperti Elleon.
"Padahal semalam aku hanya tidur saja di sebelahmu, bagaimana kalau-"
Alessia memukul pelan lengan Elleon.
"Aku hanya bercanda."
Mereka makan sambil sesekali membicarakan tentang cuaca atau sekadar mengkritik makanan, meskipun hanya Elloen yang mengkritik.
Sudah pernah dikatakan bukan, hotel ini adalah salah satu saingan bisnis Elleon. Untuk apa Elleon memuji, dia menginap hanya untuk membandingkan kualitas pelayanan hotel saja.
"Satu jam lagi kita akan berangkat. Apa waktunya cukup?"
"Kita kan kemana?"
"Apa kau sedang berpura-pura lupa?"
Alessia menggelang sambil tetap memakan salad buah miliknya.
"Bukankah kemarin ada yang menolakku karena dia bukan istriku? Jadi sekarang aku ingin menjadikannya istriku?"
Alessia merasa bahwa dirinya sedikit tersedak, dirinya kira bahwa Elleon bercanda. Tapi meskipun pria itu mengatakannya dengan nada usil, tapi tatapannya sangat serius.
.
.
.
Dan benar sja, setelah sampai di kedutaan mereka segera disambut oleh pria paruh baya yang tersenyum sopan sambil menyerahkan sebuah dokumen.
Bahkan mereka tidak perlu masuk ke gedung untuk mengurus dokumen pernikahan dan dokumen tersebut sudah jadi.
"Inilah kenapa aku suka di luar negeri. Mereka sangat efisien. Jadi bagaimana istriku, apa kita harus mengunci diri di kamar?"