𝑬𝒎𝒑𝒂𝒕 - 𝑳𝒖𝒌𝒊𝒔𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑮𝒊𝒂

5.2K 446 36
                                    

Hari ini Gia berangkat diantar oleh Ghaazy karena kebetulan rumah sakit tempat kerja Ghaazy paling dekat dari tempat kerja Gia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Gia berangkat diantar oleh Ghaazy karena kebetulan rumah sakit tempat kerja Ghaazy paling dekat dari tempat kerja Gia. Seperti biasa, sebelum Ghaazy meninggalkan Gia, tidak lupa dia mencium kening dan pipi adiknya sebelum meninggalkannya.

"Nanti yang jemput ayah ya.." Ghaazy mengingatkan.

"Ck.. mas.. mau sampai kapan Gia diperlakukan seperti anak kecil?" ucapnya cemberut.

"Sampai kamu menikah. Adek jangan menganggap ini sebagai perlakuan pada anak kecil, karena ini bentuk dari rasa sayang mas Ghaazy, mas Ghaaza, dan Ayah"

"Tapi kalian selalu menentukan siapa yang boleh berteman dengan Gia atau tidak, terutama laki-laki. Mau bertemu dengan jodoh dari mana? main aja harus ditemani!"

"Itu demi kebaikan kamu sayang.. kamu boleh kok berteman dengan siapapun asal dia jelas"

"Bagaimana kalau Gia dekat dengan laki-laki?"

"Dia dokter?"

Mendengar pertanyaan Ghaazy, Gia pun kesal dia segera meninggalkan kakaknya sembari mengatakan..
"Itu bukan demi kebaikan Gia!! tapi demi kepentingan kalian semua!"

"Dek.. bukan seperti itu sayang.. mas cuma tanya" tidak sedikit pun Gia menengok saat Ghaazy memanggilnya.

Ternyata di pagar taman, seseorang sudah menunggu Gia sedari tadi. Bahkan dia juga menyaksikan saat Gia dicium dan bertengkar dengan kakaknya, hanya saja dia tidak mendengarnya karena jaraknya cukup jauh.

"Sepertinya pria itu memang kekasih dokter Gia, dari kemarin memang dia yang antar jemput dokter Gia. Ck.. terus bagaimana dengan nasib perasaanku ini? Biru.. Biru.. belum sempat menyatakan masa kandas lebih dulu sihh?" gumamnya dengan wajah frustasi sembari menunduk lesu.

Dari kemarin Biru datang, dia belum mengganti pakaiannya sama sekali. Dia tidak mau mengenakan pakaian pasien seperti yang lain. Dia merasa bahwa dirinya tidak gila, jadi tidak seharusnya dia memakainya.

"Mas Biru.. mari kembali ke kamar, sebentar lagi dokter Gia akan periksa mas Biru" ucap suster Nita.

Mendengar suster Nita mengatakan hal itu, senyum Biru kembali terbit kala mendengar nama Gia di ucapkan. Biru pun langsung mau kembali ke kamarnya.

 Biru pun langsung mau kembali ke kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang