Proses renovasi galeri Biru sudah 90% sisanya hanya mengisi bagian yang kosong dengan karya barunya. Karena terhitung sejak kecelakaan saat itu, Biru tidak pernah lagi melukis.
Weekend kali ini, Biru akan coba melukis lagi, tentu saja Gia menemani karena Biru sangat membutuhkan Gia untuk menenangkan jika ketakutan tragedi kecelakaan itu muncul lagi.
Semua peralatan sudah disiapkan. Goresan demi goresan kuas mulai mewarnai sebuah canvas yang tadinya berwarna putih. Gia tersenyum bangga melihat Biru, calon suaminya itu kembali lagi untuk melukis.
"Bagus kak..." puji Gia.
"Padahal belum jadi, masih acak acakan juga." balas Biru yang masih fokus pada lukisannya.
"Tetep aja itu bagus kak... Gia juga nggak bisa kalau diminta buat gambar kayak gitu."
Biru menghentikan kegiatannya, ia memutar tubuhnya sedikit menyerong ke arah Gia.
"Sini sayang." ucap Biru menepuk pahanya.
"Maksudnya kak?" tanya Gia tidak paham.
"Duduk sini, aku ajarin." Biru kembali menepuk pahanya.
"Ihhh... nggak mau ah, nanti lukisannya jadi jelek... nanti berantakan kak... kak Biru aja yang gambar." tolak Gia gemas.
Biru menarik pinggang Gia yang berdiri di sampingnya, lalu mendudukkan pada pangkuannya.
Satu tangan Biru melingkar sempurna pada pinggang Gia, sedangkan satu tangan lainnya memberikan kuas pada Gia.
"Nih, coba yuk..."
"Jangan kak, nanti jelek, ini kan lukisan mama dan adik-adik kak Biru. Nanti malah aku rusakin lukisan kakak."
Lagi-lagi Biru tersenyum lalu membawa tangan Gia agar mau menerima kuas darinya. Setelah itu, Biru menuntun tangan Gia ke canvas. Karena Gia takut lukisan tersebut menjadi jelek, Biru berusaha menuntunnya agar tidak ada perubahan dari lukisannya. Biru mengajari Gia bagaimana cara menggoreskan kuas pada canvas, dan bagaimana cara melukis yang bagus.
Awalnya Gia tetap menolak. Namun, lama-lama ia merasa sangat senang. Walaupun secara tidak langsung tetap Biru yang melukis, tapi Gia tetap merasa bahagia.
Cukup lama Gia berada di pangkuan Biru sembari mengikuti tangan Biru yang terus meliuk di atas canvas.
"Kak.. emang kak Biru nggak capek? Gia malah lupa kalau duduk di pangkuan kak Biru. Pasti pegel banget ya? Gia berdiri aja deh." Gia yang hendak berdiri itu langsung ditarik oleh Biru hingga Gia kembali duduk di pangkuannya.
"Aku nggak pegel sayang... aku seneng malah, karena kamu duduk di pangkuanku, aku jadi nggak gemeteran lukisnya." ucap Biru lalu mencium punggung Gia.
"Heleh modus kan? Emang kalau sama om-om gitu ya?" Gia mencoret pipi Biru menggudakan kuas yang ia pegang lalu berlari meninggalkan Biru sembari meledeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [Segera Terbit]
Bí ẩn / Giật gân𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓 : 𝑭𝒂𝒓𝒂 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒉𝒂𝒏𝒊 𝑫𝒆𝒔𝒂𝒊𝒏 𝑪𝒐𝒗𝒆𝒓 : @𝒏𝒂𝒏𝒅_𝒈𝒂𝒍𝒍𝒆𝒓𝒚 ☁️☁️☁️ 𝐵𝑙𝑢𝑟𝑏 : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑛𝑐𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑘�...