𝑻𝒊𝒈𝒂𝒔𝒂𝒕𝒖 - 𝑰𝒎𝒑𝒊𝒂𝒏

931 132 11
                                    

Hari yang paling Biru tunggu selama ini, hari dimana Biru juga harus menelan pahit atas meninggalnya mama dan juga kedua adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang paling Biru tunggu selama ini, hari dimana Biru juga harus menelan pahit atas meninggalnya mama dan juga kedua adiknya. Namun, berkat dukungan dari Gia dan juga orang-orang baik di sekitarnya, akhirnya hari yang menjadi mimpinya itu terwujud.

Pameran yang selama ini ia impikan akhirnya bisa terlaksana hari ini. Pameran dilaksanakan di hari Minggu agar orang-orang yang menurut Biru penting bisa hadir semua.

Biru sengaja tidak jemput Gia karena dia takut jika kejadian waktu itu terulang kembali.

Kini galeri itu sudah ramai dengan para pengunjung yang berdatangan silih berganti. Tidak lama kemudian, Gia dan keluarganya datang, begitupun dengan Alan.

Biru menyampaikan sambutan dan sepatah dua patah kata ucapan terimakasih pada pengunjung yang sudah berkenan hadir dalam pameran tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biru menyampaikan sambutan dan sepatah dua patah kata ucapan terimakasih pada pengunjung yang sudah berkenan hadir dalam pameran tersebut. Semua berjalan dengan lancar dan sesuai harapannya.

"Ma... sekarang Biru disini ma... kembali ke galeri ini, melanjutkan impian Biru yang sempat tertunda. Apa mama bangga melihat Biru yang sekarang? Biru kangen sama mama, Bella, dan Rara. Biru harap, benar kata Gia kalau mama juga hadir disini." monolog Biru sembari menatap lekat lukisan mama dan kedua adiknya yang ia buat.

"Gia bangga sama kak Biru..." tiba-tiba Gia datang memeluk lengan Biru.

Biru menghadap Gia, dan menangkup wajah mungilnya.

"Makasih ya... dokter cantikku..." ucap Biru lembut sembari mengusap kedua pipi Gia dan diakhiri dengan sebuah kecupan pada kening Gia.

"Ishhh kak Biru nggak malu?"

"Enggak, kenapa harus malu? Tapi agak serem sih, kalau mas Ghaaza, mas Ghaazy, sama ayah lihat. Hahaha" ujarnya tertawa lepas.

"Kalau gitu aku laporin ah... soalnya kak Biru nakal."

"Emang nggak suka kalau aku cium? Hmm?"

Seketika pipi Gia memerah, dia sangat malu dan bingung untuk menjawab.

"Kamu kalau lagi malu gemes banget, pipinya bisa merah gitu."

"Kak Biruuuu..." Gia semakin cemberut.

"Apa sayang? Nikah aja yuk, jadi pengen gigit kamu deh kalau cemberut gitu."

𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang