Selama Gia di rumah oma Alan, Biru enggan tidur karena baginya, ini kesempatan langka. Banyak yang mereka perbincangkan malam in.
"Kak Biru kok gitu?" protes Gia dengan wajah cemberutnya.
"Aku? Emangnya aku kenapa? Aku bikin salah?" tanya Biru bingung.
"Waktu di apartemen mas Ghaaza, aku sempat beli alat lukis, kenapa nggak dipakai?"
"Hehe kan saat itu aku tiba-tiba pindah ke Bandung. Mana sempat aku bawa semua peralatannya? Apa lagi memakainya." Sangkal Biru.
Sebenarnya Biru tahu kalau semua peralatan lukis dari Gia sudah dititipkan pada Alan. Biru juga tahu kalau peralatan itu sudah ada di rumah yang ia tinggali saat ini. Biru hanya pura-pura tidak tahu jika Alan sudah membawanya.
"Kak Biru bohong kan? Semua udah aku titipin sama kak Alan. Aku hanya lupa tanya."
"Loh, emang kamu titip ke Alan? Kok dia nggak bilang? Aku malah nggak tahu kalau kamu nitip itu."
"Serius kak Alan nggak bilang? Ihhh jahat banget. Kalau gitu besok aku harus tanya sama kak Alan. Tapi kak Alan bener mau kembali melukis kan?"
"Gimana ya..."
"Kak... sebentar lagi masalah kamu akan berakhir. Kalau kamu nggak mau kembali melukis, kamu mau ngapain? Itu kan mimpi kamu. Ayo rencanakan pameran yang sempat tertunda. Aku pengin melihat lukisan kamu dipamerkan dan banyak orang yang melihatnya. Sebenarnya aku dan ayah suka banget koleksi lukisan. Dulu, ayah sering ajak aku ke pameran lukisan gitu, ayah sering beli lukisan-lukisan dari pameran. Terus lama-lama aku jadi suka. Aku sering minta kado ulangtahun kalau nggak novel ya lukisan. Mahal emang, tapi nilai dan cerita di dalam lukisan itu jauh lebih mahal. Aku mau kak Biru melukis lagi. Kalau perlu ajarin aku melukis, karna gambarku jelek."
"Oh ya? Kamu serius? Jarang sekali aku kenal sama perempuan yang menyukai lukisan. Kalaupun ada, karena profesinya memang pelukis atau kolektor."
"Mau ya?"
"Let me draw you." ucap Biru sembari tersenyum.
"Janji?"
"Ya.. setelah semua sudah berakhir, aku akan terus melukis untukmu."
"Thankyou kak Biru..."
Meski Biru kesal karena Gia juga memanggilnya 'kak', sama seperti Gia memanggil Alan. Namun dia paham kalau Gia malu jika harus memanggil 'mas'.
Biru juga senang, karena ternyata Gia mengagumi hobi dan juga pekerjaan yang selama ini ditentang banyak orang bahkan papanya sendiri, dengan segala penilaian berbagai sudut pandang.
****
Biru terbangun dengan posisinya tertidur dan bersandar di sofa. Ia mencari keberadaan Gia, namun sudah tidak ada.
"Cari siapa lo?" tanya Alan yang baru saja memasuki rumah.
"Gia mana?"
"Udah gue anter balik ke hotel habis subuh tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [Segera Terbit]
Mystery / Thriller𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓 : 𝑭𝒂𝒓𝒂 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒉𝒂𝒏𝒊 𝑫𝒆𝒔𝒂𝒊𝒏 𝑪𝒐𝒗𝒆𝒓 : @𝒏𝒂𝒏𝒅_𝒈𝒂𝒍𝒍𝒆𝒓𝒚 ☁️☁️☁️ 𝐵𝑙𝑢𝑟𝑏 : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑛𝑐𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑘�...